GAYATRI
“saya gak tahu harus cerita darimana. Karena
semua terjadi di masa jauh sebelum bangsa ini merdeka, tuan" kata laki-laki tua itu, dia divonis dengan hukuman mati untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, perbuatan yang pada masa itu dianggap paling sinting, karena namanya menjadi headline di surat-surat kabar lokal sampai nasional selama empat bulan berturut-turut.
"tapi saya akan menyebutkan satu nama yang mungkin anda-anda akan mengenalinya karena dia adalah keturunan dari kasta raja, dan keluarganya selalu diagung-agungkan karena dianggap sebagai tokoh paling penting di masyarakat❞
Jurnalis wanita itu menoleh pada rekan laki-laki yang berjongkok disampingnya, wajah mereka tegang sekaligus gelisah, mereka bertiga menunggu si laki-laki yang sekarang ada dibalik jeruji menyebutkan sebuah nama yang mana siap di tulis di dalam buku jurnal pribadi yang selama ini dia kumpulkan mengenai orang-orang besar yang selama ini hidup dalam bayang-bayang bangsa dan negara ini. Orang-orang besar yang di anggap memegang kekuasaan yang sebenar-benarnya bahkan di atas para petinggi negara, bahkan menjadi kunci dan sejarah seiring berdirinya bangsa ini.
"namanya-na-na-manya.." kata si laki-laki,
tenggorokannya keluh untuk menyebut sebuah nama, sampai akhirnya ia menelan ludah sebelum berucap dengan nada suara bergetar hebat.
"Gayatri!!— dia adalah salah satu kepala keluarga
Gayatri!!"
***
Waktu itu. Malam hari, ramai orang-orang berteriak menyeruakkan peringatan, "Maliling-maling-maling!! Tak berselang lama, kedua maling itu tertangkap yang mana adalah seorang pemuda bau kencur, mereka ditangkap dan diadili oleh warga kampung. Saat itu, tidak ada se-orang pun yang kepikiran untuk membawa si maling untuk diserahkan kepada polisi, karena bagi mereka hukum polisi tidak akan cukup membuat jerah penyakit masyarakat seperti ini untuk itu lah warga berniat main hakim sendiri. Warga yang dalam kondisi marah itu bahkan sudah siap dengan sekop dan pisau. Mereka semua siap untuk menghajar habis dua pemuda maling yang saat ini berlutut di depan mereka dengan menunjukkan ekspresi wajah memelas, sayangnya tidak ada yang peduli dengan raut wajah memelas itu.
Saat salah satu warga mulai memprovokasi bahwa lebih baik sekarang mereka mulai menghajar dua pemuda maling yang ada dihadapannya itu, tiba-tiba dari arah belakang datang seseorang yang segera menghentikan aksi itu. Setiap warga yang melihatnya seketika menunduk kepada mereka. Dia adalah-tokoh yang paling di hormati di daerah ini, salah satu orang besar yang selalu menjadi penentu keputusan apa pun. Dia adalah, Rukma Sweta Gayatri saudari kembar Rukmini Priya Gayatri.
Rukma Gayatri, kemudian mengusulkan kepada warga agar dua pemuda yang sudah tertangkap sebagai maling ini di bawa ke rumah mereka. Rukma berjanji akan memberikan hukuman yang pantas untuk seseorang yang sudah melanggar hukum Dharma.
Tidak ada satu pun warga yang mau menolak, bagi mereka jika keluarga Gaytri sudah berkehendak hanya tuhan yang boleh membatalkannya. Maka-malam itu juga, dua pemuda yang tertangkap sebagai maling itu di bawa ke rumah Gayatri. Salah satu rumah paling besar, megah di atas tanah ini.
Saat itu, Rukma Gayatri sedang duduk sembari mengangkat satu kaki-nya di atas kaki yang lain, ia menatap dua pemuda maling itu dari singgasana kursi kayu miliknya yang dipilin halus dari bahan jati murni. Wajah Rukma Gayatri memang cantik secantik bunga kamboja merah muda, kulitnya pun halus sehalus kain sutra. Matanya juga tajam setajam pisau persia, dan senyumannya begitu menenangkan layaknya air di atas danau di tanah bedugul.
Rukma Gayatri kemudian memerintahkan para abdinya untuk menelanjangi dua pemuda yang tertangkap sebagai maling tersebut. Dua pemuda itu menelungkupkan tubuhnya untuk menutupi kemaluan dihadapan Gayatri yang masih duduk di atas singgasananya. Senyuman Gayatri saat itu benar-benar mengerikan, terlihat tenang namun sebenarnya menusuk ke tulang. Gambaran seorang wanita yang memiliki paras dan aura yang sangat kuat, aura milik para bangsawan lama.
Gayatri kemudian mengajukan dua pertanyaan kepada pemuda maling tersebut.
"kalian berdua jawablah pertanyaanku, lebih
memilih yang mana antara sebilah pisau yang tajam atau jaje lak-lak?"
Dua pemuda maling itu saling berpandang-pandangan, wajah mereka nampak bingung. Tapi sosok Gayatri masih menunggu jawaban mereka berdua.
Pemuda berkulit sawo matang itu kemudian menjawab terlebih dulu, dia mengatakan kalau dia memilih jaje lak- lak yang notabennya menyerupai kue serabi dengan parutan kelapa, Gayatri nampak tersenyum ketika mendengarnya lalu beliau beralih melihat pemuda yang lebih kurus, dengan ekspresi wajah gelisah hingga membuat mulutnya gemetar hebat, si pemuda kurus kemudian mengatakan.
Sa-sa-saya me-milih-hh Pi-pi-sau!!"
Anehnya. Senyuman di wajah Gayatri kemudian lenyap setelah mendengarnya. Maka tak berselang lama, Gayatri meminta kedua abdinya memberikan apa yang dia minta. Sebilah pisau di depan pemuda yang lebih kurus, kemudian satu jajanan Jaje lak-lak di depan pemuda berkulit sawo matang. Dengan wajah masih mengawasi Gayatri kemudian mengangguk kepada abdi-abdinya yang mana mereka kemudian menjejalkan jajanan jaje lak-lak itu ke mulut pemuda berkulit sawo matang. Ada yang terasa ganjil dengan apa yang dilakukan oleh sosok Gayatri ini, karena setelahnya para Abdi memotong rambut mereka masing-masing sepanjang dua ruas jari.
"mencuri di atas tanah ini adalah perbuatan yang akan mendapat hukuman yang berat-Sanggartamah itu bersifat menyebar, apa yang kalian minta akan menjadi penggugur dari santet Sanggartamah ini, maka lakukan apa yang bisa kalian lakukan❞
Dua pemuda itu bingung. Mereka tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Rukma Gayatri kepada mereka. Tak berselang lama, dari pintu yang ada dibelakang singgasananya, keluar seorang wanita yang sangat- sangat tinggi, kedua tangan dan kakinya di rantai, rambutnya hitam panjang sampai terseret di atas lantai- kulit ditubuhnya berwarna hitam pekat dengan borok- borok merah darah berpenyakitan disekujur tubuhnya. makhluk mengerikan itu adalah manusia karena dua pemuda itu bisa melihatnya dengan sangat jelas.
Rukma Gayatri yang sudah memegang helai rambut sepanjang dua ruas jari kemudian memasukkan potongan rambut itu ke mulut sosok yang menyerupai wanita itu, dengan wajah yang sangat mengerikan wanita itu kemudian menyantap potongan rambut dan menelannya bulat-bulat, selepas itu sosok wanita yang mengerikan itu kemudian kembali ke pintu yang ada dibelakang singgasana Rukma Gayatri.
Dua pemuda maling itu tentu saja bingung. Apa dan maksud dari kejadian barusan, untuk apa mereka memotong rambutnya, dan kenapa mereka masukkan potongan itu kedalam mulut wanita gila itu yang sama sekali tidak mereka kenali.
Tak berselang lama, sesuatu yang aneh terjadi-badan dua pemudah itu terasa panas dan gatal-mula mula mereka hanya menggaruk-garuk leher mereka masing- masing kemudian semakin lama sekujur tubuhnya bertambah semakin gatal dan gatal lagi. Pemuda berkulit sawo matang yang pertama sadar, dia menunjuk kulit temannya yang mengeluarkan lubang-lubang kecil dengan cairan kuning nanah yang keluar dari dalam lubang-lubang itu. Lalu si pemuda yang kurus juga memberitahu jika lubang-lubang yang sama ada di tubuh temannya itu. Mendadak rasa panas dan gatal itu terasa semakin menyiksa, dua pemuda itu sadar kalau pasti ini berhubungan dengan rambut yang mereka ambil dari tubuhnya yang diberikan kepada sosok wanita mengerikan tadi, tapi kenapa-kenapa sesuatu yang bahkan tidak menyentuhnya bisa memerikan kerusakan pada tubuh mereka seperti ini.
Pemuda berkulit sawo matang itu kemudian berteriak memohon ampun kepada Rukma Gayatri yang memandangi mereka sembari menyesap segelas teh di tangannya. Wanita itu sama sekali tidak memperdulikan dua pemuda itu. Sesekali dia tersenyum menatap mereka, terbesit di kepala mereka untuk menyerang Gayatri yang sedang duduk di singgasananya tapi baru saja mereka bersiap untuk bangkit, abdi yang berdiri di belakang mereka mengancam mereka dengan bilah besi yang tajam yang siap menusuk kakinya.
"Bangsat!!" gumam pemuda berkulit sawo matang.
Mereka berdua terus dan terus menggaruk kulit mereka yang sudah dipenuhi borok nanah dan darah, bahkan kuku jari mereka juga berdarah-darah dengan kulit-yang berwarna kekuningan. “Gatal-gatal-gatal sekali bangsat!!" umpat pemuda berkulit sawo matang itu berkali-kali, kemudian dia melihat pisau yang ada di depan pemuda yang kurus itu, dengan ekspresi wajah yang sinting dia mengambil pisau itu kemudian menyayat- nyayat kulit tubuhnya. benar-pemuda itu menggaruk sekujur tubuhnya menggunakan pisau itu, tapi rasa gatal itu tak juga kunjung hilang, semakin digaruk semakin gatal dan gatal lagi. Semakin lama, semakin menyakitkan bahkan pemuda berkulit sawo matang itu mulai menangis. la tak memperdulikan sakit dan darah yang sudah membasahi sekujur badannya. Namun, pemuda bertubuh kurus menyadari sesuatu, bagian tangan kanan mereka dari ujung jari hingga pangkal lengan berwarna hitam pekat jauh berbeda dibandingkan anggota tubuh yang lain, maka dia segera menarik paksa pisau itu dari temannya tapi pemuda berkulit sawo matang itu tak mau memberikan pisaunya.
"Bajingan!! Pisau ini milikku setan!!" kata pemuda berkulit sawo matang sembari mengumpat, tapi Pria bertubuh kurus masih berusaha merebut paksa pisau itu,
"dengar Bli, aku ada ide.. mungkin sejak awal sakit dan rasa gatal ini akan pudar, kalau tangan yang kita pakai untuk mencuri kita potong habis!!"
"Potong habis apa, potong leher kau saja, tapi pisau ini tak akan kuserahkan” kata pemuda berkulit sawo matang yang masih menggaruk sekujur perutnya dengan pisau tajam itu.
"Bajingan!!bajingan!! kenapa tak hilang-hilang gatal
ini sialan!!" katanya meronta setiap kali pisau itu menembus sebagian daging di perut-nya.
Pemuda yang bertubuh kurus sudah hilang kesabaran, tapi dia sangat yakin kalau masalah sebenarnya memang ada di tangan yang digunakan untuk mencuri karena tangan milik temannya nyaris semuanya berwarna hitam pekat bahkan lidah temannya itu terlihat terus mengeluarkan darah dari sela-sela dalam mulutnya. Dengan sekali paksaan dan sentakan yang lebih kuat, dihantam pemuda berkuit sawo matang itu dengan kepalan tangannya lalu dia rebut sebilah pisau itu dari tangannya.
"SETAN!! JANGAN KAU AMBIL PISAU ITU"
Tapi pemuda bertubuh kurus sudah berhasil merebutnya walau pun dia harus menendang wajah temannya itu yang kemudian kesakitan karena rasa gatal yang semakin menjadi-jadi. Lantai dipenuhi cairan nanah dan darah yang menjadi satu sementara Rukma Gayatri masih menyesap minuman teh yang ada di dalam gelas, tak lama-baru lah dia meletakkan gelas itu untuk memandang tajam kearah pemuda bertubuh kurus.
Si pemuda sembari menahan sakit dan gatal disekujur tubuhnya menatap tajam wajah Rukma Gayatri, ia menahan deru nafas yang dalam sembari menutup keras- keras mulutnya, dia sudah bersiap-dia bersiap untuk rasa sakit yang pasti akan sangat luar biasa. Dengan nafas yang panjang dan tertahan begitu dalam, pemuda bertubuh kurus mengangkat pisau itu menggunakan tangan kirinya lalu menancapkannya tepat di lengan, satu gerakan membuatnya menjerit kesakitan, bilah pisau yang tajam sudah menembus kulit-kali kedua jeritan dan teriakan yang semakin sakit terdengar menyeluruh diseluruh ruangan, dan bilah pisau masih berusaha menembus tebalnya tulang yang terlihat keputihan, kali ketiga dan keempat, rasa sakit itu sudah tidak bisa dia gambarkan dan kali kelima sampai keenam nyaris tangannya terpotong namun masih menggantung dengan sisa-sisa daging yang tersisa, sembari mengeluarkan air mata-karena rasa sakitnya yang tidak akan pernah diperkirakan oleh manusia mana pun, si pemuda bertubuh kurus itu menggilas memotong-motong pangkal lengan di tangannya hingga tangan kanannya akhirnya buntung dan terjatuh di atas lantai.
Setelah itu panas dan sakit luar biasa berfokus pada cucuran darah yang terus keluar-"Bajingan!! Bajingan!!" ujarnya berkali-kali sambil menahan tangis di wajahnya. Tapi rasa gatal yang menyiksa itu sudah lenyap dari tubuhnya, dengan sisa tenaga dan kesadaran dia melihat ke pemuda berkulit sawo matang sahabatnya itu, pemuda itu sudah mati dengan sekujur badan hitam merah seperti mayat yang di kuliti hidup-hidup.
Rukma Gayatri kemudian bertepuk tangan karena si pemuda bertubuh kurus memilih jawaban yang tepat, ia tak menduga kalau pemuda bertubuh kurus ini akan memilih pisau dibandingkan jajanan pasar seperti jaje lak- lak, dan intuisi pemuda bertubuh kurus ini juga tepat dengan memotong sumber santet Sangartamah. Untuk itu Gayatri memerintahkan para abdinya untuk
memberhentikan pendarahan yang mungkin dalam waktu beberapa menit lagi akan merenggut nyawanya.
Rukma lalu berdiri kemudian mengatakan sesuatu kepada pemuda itu,
"Yah, kutukan atau santet Sanggartamah memang berhasil engkau hentikan, tapi.. jangan kau pikir semua sudah selesai sampai di sini, sebagai ucapan terimakasihku karena sudah memberikan tontonan yang menarik juga sebagai tanda bahwa aku memberikan hormat kepadamu, setiap tahun-santet itu akan datang lagi dan lagi-satu-satunya yang bisa membuatmu bertahan untuk sementara waktu adalah dengan memakan janin dari wanita yang sedang mengandung di usia sebesar buah strawberry-jadi hiduplah dengan kutukan yang masih menyelimuti tubuhmu ini, kau harus melakukannya setidaknya satu tahun sekali, ingat tanggal ini-dan teruslah hidup"
Rukma Gayatri pergi dengan meninggalkan pesan terakhir itu.
Ketiga jurnalis terdiam semua. Mereka tidak tahu apakah harus percaya dengan omong kosong yang baru diceritakan oleh laki-laki sialan ini yang sudah di vonis mati ini. Tapi apa mungkin kalau cerita itu adalah cerita yang sebenarnya mengingat tangan kanan laki-laki ini sudah lama buntung saat dia berusia muda seperti apa yang dia ceritakan, tapi soal pembunuhan-pembunuhan pada wanita hamil yang dia lakukan selama ini apakah itu berarti dia melakukannya untuk bertahan hidup.
Jurnalis wanita itu tak berhenti menulis, wajahnya nampak sama tegangnya dengan yang lain.
“begini ada yang janggal dengan cerita mu tuan, untuk apa kau harus membunuh wanita-wanita hamil ini, saya tahu itu dilakukan untuk mengambil janin sebesar strawberry tadi, maksudku kenapa kau tidak mencoba-" jurnalis wanita itu diam sebentar, sebelum melanjutkan perkataannya. "bunuh diri?"
Laki-laki di dalam sell itu tertawa terbahak-bahak kemudian berkata kepada mereka, "Bangsat!! Kalau aku bisa mati dengan cara bunuh diri, sudah ku lakukan sejak aku di pulangkan oleh Rukma Gayatri, tapi tidak ada satu pun pisau atau tali yang bisa membunuhku, bahkan saat kutabrakkan tubuh ku di depan rell kereta api, aku hanya mengalami patah tulang yang sakitnya luar biasa setan!! Jadi.. perempuan itu tidak akan membiarkan aku mati!!"
Ketiga jurnalis kini terdiam, mereka bertiga kesemuanya gemetar hebat. Apa yang baru mereka dengar ini ternyata jauh lebih sinting daripada cerita-cerita yang selama ini mereka pernah dengar.
"maksud anda bahkan sebentar lagi saat eksekusi mati anda di jalankan, peluru polisi tidak akan bisa menembus jantung anda?"
Laki-laki itu tertawa, “tidak akan bisa nona, aku sudah hidup dalam kutukan bangsat ini bertahun-tahun, peluru itu bahkan tidak akan bisa menembus kulitku"
Tak lama kemudian terdengar suara polisi yang berjalan masuk,
"kepada kalian, waktu wawancara sebelum
eksekusi sudah habis, silahkan keluar-karena setelahnya tersangka akan di eksekusi mati"
laki-laki itu tertawa semakin keras saat mendengarnya, sementara ketiga jurnalis sudah berdiri bersiap untuk pergi.
"DENGARKAN AKU WARTAWAN-WARTAWAN!! SAMPAIKAN PADA MEREKA.. SIAPA PARA SONGKOR INI!! MEREKA ADA DAN HIDUP DALAM SEJARAH BANGSA INI, HIDUP ENAK DAN NYAMAN DARI KEMATIAN ORANG-ORANG YANG MENGANGGU JALAN MEREKA!! GAYATRI DIA IBLIS WANITA BERPARAS MANUSIA!! SAMPAIKAN KEBENARAN INI KEPADA SEMUA ORANG!! HAHAHAHAHAHAHA!!"
Ketiga jurnalis kemudian pergi, meninggalkan laki-laki itu yang kini diapit oleh dua polisi yang menutupi wajah mereka dengan kain hitam. Eksekusi akan dilakukan secara tertutup dan rahasia. Sejenak jurnalis wanita memegang jantungnya, cerita-cerita ini seperti tabir yang mulai tersusun rapi.
"kalian percaya sama ucapan orang itu?" tanya jurnalis laki-laki brewok kepada dua kawannya.
"seperti biasa, orang yang mau mati suka berhalusinasi-sepertinya dia mengarang semuanya❞
"tunggu dulu" kata jurnalis wanita, "tunggu-cerita tadi mengingatkan aku pada sebuah nama❞
"nama?" ujar si jurnalis berkaca mata.
"laki-laki yang dulu juga menemui kita, dia juga menyebut nama Songkor!! Ingat.."
"Songkor?"
"benar. Songkor!! Hanya saja yang laki-laki itu ceritakan berbeda nama karena yang dia sebut adalah—“
Ketiga jurnalis itu nampak tegang dan gelisah sembari berujar bersama-sama.
"Keluarga SOBO!! Dia juga Songkor sama seperti Gayatri bukan?!"
Source By : SimpleMan Story