NGELMU
Ada sebuah rumah di salah satu kota besar, sebut saja begitu.
Saya malas menyebut lokasi, karena kota ini cukup familiar bagi orang- orang.
Rumah ini besar, besar sekali.
Anehnya,... Dari luar, rumah ini tampak seperti rumah biasa pada umumnya, bahkan cenderung kecil.
Saya pun dulu begitu, setiap kali melintasi rumah tersebut tak terlihat tanda-tanda bahwa rumah ini luasnya nyaris 7 kali rumah orang pada umumnya, benar-benar tak terduga.
Pertama kali saya menginjakkan kaki di sana, tentu saja, tidak percaya, kaget, dan begitu kagum.
Pasalnya tidak ada yang istimewa dari bangunannya, benar-benar seperti rumah orang pada umumnya.
Tapi,... tapi, ini yang masih bikin nyali saya ciut, sekali saja masuk ke rumah itu, orang paling tidak sensitif sekali pun pasti merasakan terror ngeri yang masih tersisa di sana.
Thread pertama saya yang pernah saya tulis di Twitter (bisa dibaca kalau mau) menceritakan rumah teman saya yang dulu dipasang tumbal karena nenek moyang mereka orang yang kaya raya. Penggunaan tumbal dilakukan untuk melindungi harta benda mereka.
Akibat dari pemasangan tumbal itu membuat aura rumah menjadi gelap.
Bila saya diajak ke rumah itu, maka saya bersumpah tidak akan pernah
mau,...
Rumah tempat nini towok tinggal sudah membikin saya trauma, lalu bagaimana dengan rumah yang akan kita ceritakan ini
Rumah ini, sepuluh kali lipat lebih gelap dari rumah itu.
Saya tidak pernah melebih-lebihkan sesuatu terutama bila saya melihatnya langsung. Lalu apa alasan rumah itu begitu gelap?....
Jawabannya, karena penghuni sebelumnya yang sudah meninggal pernah ngilmu ditahap yang sudah tidak bisa diobati lagi.... Sentuh dia, dan nyawa menjadi bayarannya.
Mungkin intronya sudah lebih dari cukup, kita mulai saja ceritanya.
Sejujurnya saya benar-benar akan membawa kalian masuk ke sisi lain dari manusia,...
Kenapa manusia itu sangat unik, tidak ada yang bisa menebak jalan pikiran mau pun perbuatannya, bahkan orang yang kalian pandang paling baik sekali pun.
Dimata orang lain bisa menjadi mimpi buruk terbesar yang bahkan tidak pernah kalian bayangkan sifatnya sebelumnya.
Begitu pula dengan mbah Darsem,...
Mbah Darsem....
Di mata tetangga, beliau adalah wanita tua yang sangat dihormati, disegani, begitu diagung-agungkan,...
Namun,...
Dibelakang semua orang, dia bisa menjadi mimpi buruk bagi orang lain.
Tak terhitung seberapa jauh dirinya menekuni seni ngilmu hitam yang paling tua hanya berbekal darah keturunan yang dimiliki,... Dia menenun, menerima sepenuh hati ajaran dari gurunya, sampai di titik tertingginya.
Rumahnya selalu didatangi oleh tamu dari berbagai kota untuk
meminta bantuan, mulai dari memperlancar rejeki, memuluskan usaha, sampai mencari wangsit untuk masa depan.
Suatu hari, ada seorang tamu yang guna meminta bantuan kepada beliau.
Mereka datang dari tempat yang jauh, mbah Darsem menerima dengan senang hati, meski ngilmu hitam beliau masih gemar membantu para tamu-tamu yang datang....
Disinilah ada salah satu tamu yang entah kenapa tertuju pada kuku jari mbah Darsem yang hitam panjang.
Semenjak pertama masuk,... la sudah terganggu, matanya tidak pernah bisa lepas dari pandangan kearah kuku jarinya. Suatu waktu setelah pembicaraan mereka selesai, si tamu mempertanyakan kepada mbah Darsem, untuk apa beliau memelihara kuku jarinya, bukankah lebih baik bila dipotong.
Mbah Darsem menanggapi si tamu dengan senyuman yang tulus, ia tak menjawab hanya sekedar mengangguk, lalu setelahnya, mbah Darsem berpesan kepada mereka,
"Hati-hati yo anakku nang dalan",
("Hati-hati ya anakku di dijalan"),
Para tamu pun pergi, kembali pulang.
Ketika mereka melaju diatas jalan toll antar provinsi, mobil yang
mereka kendarai digilas Truk Fuso,...
Anehnya, dengan keadaan mobil yANg nyaris hancur lebur, semua penumpang masih diberi keselamatan,...
Kecuali.... Sang sopir, salah satu tamu yang mempertanyakan kuku jari mbah Darsem,...
Beliau tewas, dengan kepala terpenggal.
Hal yang mustahil terjadi, bagaimana kepala seseorang bisa terpenggal di dalam mobil,...
Ssemenjak itu, tak ada lagi yANg berani mempertanyakan apa pun kepada beliau.
***
Di sini,... Sebutlah beliau bu Aini, beliau adalah pengantin dari anak mbah Darsem, menikah di usia muda karena perjodohan dengan kawa lama mbah Darsem,... Sebutlah pak Jainuri.
Bila mbah Darsem dikenal dengan ngilmu hitamnya, pak Jainuri adalah kebalikannya, ketaatan di dalam agama, membuat semua orang menghormati beliau dengan gelar haji tersemat di namanya.
Sampai saat ini saya masih mencari korelasi bagaimana hubungan ini bisa terjadi.
Namun, yang saya tahu hanya mbah Darsem menemui pak Jainuri, lalu menawar anak perempuannya agar diperisteri oleh anak lelaki kesayangannya.
Konon, mbah Darsem sudah meramalkan nasib mereka kelak.
Bila kedua anaknya ini dipersatukan dalam ikatan yang sah, kekayaan yang tak akan pernah habis akan mengiringi perjalanan hidup mereka. Pak Jainuri meski memiliki pegangan agama yang kuat, beliau masih memiliki sifat manusia, ia tentu tergoda,... Meski beliau tahu, ada apa dibelakang wanita tua itu.
Sebelumnya saya tegaskan ya, beliau-beliau di cerita ini tidak mengamalkan ilmu kejawen yang biasa saya angkat melainkan ilmu hitam keturunan dari negara yang ya, kalian tahu lah,... Negara mana yang paling tua peradabannya.
Sempat terjadi penolakan dari bu Aini,...
Siapa yang mau dinikahkan di usia yang masih muda, apalagi ia tak mengenali siapa calon suaminya. Namun, bagai kalap pak Jainuri sampai ingin menghabisi anaknya sendiri sehingga membuat semua keluarganya kaget, apa yang melatarbelakangi ambisi ini.
Akhir cerita ini, mereka tetap dinikahkan meski penuh muslihat dan paksaan,...
Lalu apa yang terjadi, entah bagaimana mbah Darsem meramalkan hal itu, karir anak kesayangannya melesat tinggi, bagaikan uang tak ada habis-habisnya singgah di rumah beliau. Sinting.
Namun, di sinilah semua bermula,...
Aini, menantu dari mbah Darsem mulai mengetahui segalanya. Apa
yang melatarbelakangi kenapa wanita itu begitu kuat.
Suatu malam, saat suaminya belum pulang.... Aini seorang diri di dalam rumah bersama dengan mbah Darsem.
Rumah itu terlalu besar bagi mereka berdua,...
Mbah Darsem memiliki kebiasaan aneh, setiap kali sorop datang, ia akan mengurung diri di dalam kamar, mengunci pintu tanpa ada satu pun orang yang tahu apa yang beliau lakukan di dalam kamar.
Aini selalu penasaran dengan hal ini.
Mbah Darsem sendiri orang yang tertutup, tidak banyak bicara,
sehingga membuat Aini merasa sungkan bila terjebak berdua di dalam rumah ini.
Suatu ketika, setelah maghrib,... Aini berjalan menuju ke dapur, di lorong yang panjang ia harus melewati kamar mbah Darsem.
Hal yang sudah Aini ketahui sejak pertama menginjakkan kaki di rumah ini adalah,...
Dari dalam kamar mbah Darsem selalu tercium aroma kemenyan yang dibakar.
Tetapi, aroma itu hanya tercium bila Aini berada di dekat pintu kamar beliau. Hal ini membuat Aini semakin penasaran.
Setiap hari, Aini terus menerus mencoba memastikan apakah yang dirinya cium benar-benar aroma kemenyan,...
la selalu berjalan bolak balik ke dapur guna memastikan hal ini,... Rupanya firasatnya benar, ini adalah aroma kemenyan yang baru saja dibakar.
Tak hanya aroma kemenyan yang Aini curigai dari sifat misterius mbah Darsem, melainkan terkadang saat di dalam kamar beliau seperti sedang berbicara dengan orang lain. Suaranya terdengar begitu jelas bahkan terkadang tertawa sendiri, padahal beliau hanya seorang diri di dalam kamar.
Semua rentetan kejadian ini semakin membuat Aini merasa takut,...
Beberapa kali ia menceritakan hal ini kepada suaminya, anak dari mbah Darsem sendiri,... Namun, beliau selalu berkata untuk tidak ikut campur apa yang dilakukan oleh ibunya..
Namun,...
Dasar sifat Aini yang susah diatur, ia benar-benar penasaran dengan apa yang dilakukan oleh ibu mertuanya.
Suatu ketika, ada sesuatu yang sangat jarang terjadi,... Dimana, mbah Darsem tidak mengunci pintu kamarnya saat sorop sudah tiba, tentu saja hal ini membuat Aini tertegun,...
la terdiam sebentar melihat ke bilik pintu yang sedikit terbuka, sementara gema suara mbah Darsem terdengar dari dalam. Beliau sedang berbicara dengan seseorang, beberapa kali juga memanggil sebuah nama....
Aini mendekatkan diri, mencoba mencuri dengar pada siapa ibu mertuanya bicara.
Terdengar jelas, beberapa kali mbah Darsem menyebut nama dari lawan bicaranya dengan panggilan "SITI".
Lalu ada kalimat lain mengikuti, mulai dari "dibikin susah", "dibikin mati", atau "dibikin tersiksa sampai mati", hal ini membuat Aini merinding.... Pasti ada sesuatu yang terjadi.
Sesuatu yang melibatkan mertuanya,...
Dari niat mencuri dengar terbesit pikiran untuk sekedar mengintip,...
Aini menepi melihat kearah belah bilik,... Di sana dia melihat isi kamar mbah Darsem yang umumnya diselimuti kegelapan.
Namun, samar cahaya dari tempat Aini menelusup masuk, membuat dirinya bisa melihat bayangan hitam sedang duduk di atas sebuah kursi kayu.
Mbah Darsem sedang duduk membelakangi Aini di sudut kamar yang paling gelap, beliau masih berbicara, sesekali tertawa terbahak-bahak, ia menyebut "S/TI", terus menerus...
Jantung berdegup kencang, Aini memaksakan diri mencoba melihat lebih jauh isi di dalam kamar mbah Darsem.
Tiba-tiba, belum juga ia bergerak melangkah maju, mbah Darsem yang sedari tadi berbicara sendiri tiba-tiba saja berhenti,... Diam,... membuat suasana menjadi sunyi, Aini ikut terdiam.
Tak lama kemudian, mbah Darsem tertawa,...
Namun, nadanya terdengar berbeda dari biasanya,... Figur mengenakan pakaian putih dengan rambut keriting panjang terurai dipunggung
terlihat oleh Aini. Sejenak, beliau menoleh meski hanya sekelumit wajahnya melihat kearah pintu.
Di sana lah Aini melihat bayangan samar mbah Darsem melihatnya dengan senyuman menyeringai,... Tak lama, pintu bilik yang sedikit terbuka, berderit sebelum menutup dengan sendirinya.
Aini tak dapat berkata apa-apa, ia termangu merasakan ketakutan memenuhi dirinya, ia diperingatkan.
Suatu sore,...
Aini baru saja pulang dari tempat pengajian, la terkejut melihat mobil suaminya sudah terparkir di garasi rumah. Cepat-cepat Aini berlari masuk,... Suara ramai terdengar dari arah dapur,... Suaminya nampaknya sedang berbincang dengan ibunya, mbah Darsem.
Senang melihat semua orang berkumpul,...
Aini berniat bergabung, ia membawa oleh-oleh di dalam tas. Sebuah bingkisan berisikan 30 tusuk sate yang ia beli sewaktu pulang. Namun, wajah mbah Darsem berubah saat melihat tusuk sate yang tersaji di atas piring.... Ada ketakutan di sana..
Rasanya Aini belum pernah melihat hal seperti ini,...
Mbah Darsem lalu mendorong piring berisikan sate sampai terbanting jatuh di atas lantai,... Aini terdiam sejenak, bingung. Tak lama kemudian wanita tua itu pergi meninggalkan meja makan sebelum mengunci pintu kamarnya.
Hal ini membuat Aini merasa tidak nyaman, ia terus memikirkan kejadian ini meskipun suaminya sudah mengatakan bila lebih baik Aini melupakan ini semua. Sejak dulu, mbah Darsem memang tak pernah doyan dengan sate.
Malam harinya, Aini yang masih merasa tidak enak hati dengan mbah Darsem berniat meminta maaf,...
la keluar dari kamar melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 10 malam. Aini berjalan sendiri di lorong yang gelap menuju ke kamar wanita tua itu. Tetapi, sesaat langkahnya terhenti..
Langkahnya terhenti ketika sekilas ia melihat bayangan melintas dibelakangnya diikuti suara wanita yang sedang tertawa,... Aini menoleh, melihat lorong tempatnya berdiri,... Tak ada siapa pun,... Hanya dirinya seorang diri, dengan jantung berdegup kencang. Aini lalu melanjutkan langkahnya,...
Ruang tempat kamar mbah Darsem sudah gelap,... Aini berhenti tepat di pintu, tangannya terangkat siap untuk mengetuk,... Tetapi, ada keraguan yang entah kenapa tiba-tiba muncul,... Sejenak Aini berpikir untuk mengurungkan nia. Namun, kejadian sore tadi benar-benar menganggu pikirannya.
Berkali-kali Aini sudah bersiap untuk mengetuk, namun hatinya seakan menolak keras. Sebelum, tiba-tiba dari dalam kamar, mbah Darsem bersuara lembut kepada Aini,
"Melbuo nduk, aku eroh awakmu nang ngarep lawang"
("Masuk aja nak, aku tau kamu di depan pintu"),
Aini terdiam mematung.
Tak lama, ia dorong pintu perlahan sampai menimbulkan suara berderit, kamar tempat mbah Darsem gelap namun masih ada cahaya selintas dari jendela yang dibiarkan terbuka. Di atas ranjang terlihat
mbah Darsem sedang menatap dirinya dibalik selimut yang membalut badannya. Ia menyeringai,...
"Mrene nduk,"
("Kesini nak") katanya sembari melambai-lambaikan tangan,...
Aini mengangguk lalu berjalan mendekati wanita tua itu,... Ini adalah kali pertama bagi Aini melihat isi kamar dari wanita yang terasa asing kehadirannya meski mereka sudah terikat dalam ikatan keluarga.
Dengan hati-hati Aini berjalan sembari matanya melihat kesana kemari, memperhatikan setiap detail yang ada di dalam kamar. Entah kenapa, kamar ini memiliki sesuatu yang berbeda dengan kamar lain, terasa lembab dan dingin. Selain itu ada perasaan tidak nyaman saat berada di dalamnya.
Mbah Darsem tersenyum lebar, ia menepuk perlahan kasur miliknya meminta Aini untuk duduk disampingnya. Aini menurut, ia berjalan mendekat sembari matanya masih awas melihat sekeliling... Sebelum, pandangan matanya terhenti pada sebuah meja,.. Aini terdiam melihat sesajen diatasnya.
Bagi orang seperti mereka yang memiliki darah keturunan, menggunakan sesajen tentu adalah hal yang ganjil,... Benda ini
memiliki keterikatan dengan budaya penduduk lokal yang mana tak dimiliki dari darah yang ada dikeluarganya atau dikeluarga suaminya,... Lalu, untuk apa semua ini.
Tak hanya sesajen yang ada di atas meja,... Namun, tercium aroma kemenyan yang rupanya diletakkan disudut-sudut ruangan. Aini semakin tidak mengerti, ajaran apa yang dipakai oleh mertuanya,... Kenapa berbanding terbalik dengan abah-nya,... Saat itu mbah Darsem membelai rambut Aini..
Aini lalu menjelasakan bahwa ia tak bermaksud melukai perasaan mbah Darsem, ia tak diberitahu terlebih dahulu oleh suaminya tentang makanan yang tidak disukai oleh beliau. Anehnya, mbah Darsem tak menjawab kata-kata Aini, ia hanya tertawa terus membelai rambut panjang hitamnya.
Wanita tua itu benar-benar terlihat berbeda, iaseperti bukan mbah Darsem yang biasanya.
Hal ini membuat Aini mulai tidak nyaman,... la merasa risih dengan bagaimana mbah Darsem memperlakukan dirinya,... Saat ia berniat untuk kembali ke kamarnya, wanita itu mengenggam tangannya, melotot.
Tak punya pilihan Aini menemani beliau,...
Mbah Darsem mendekatkan dirinya pada tubuh Aini meletakkan kepalanya ke atas bahunya, tak lama wanita tua itu lalu tertawa.... Ketika itu lah Aini tetiba teringat dengan suara tertawa yang sebelumnya ia dengar saat dirinya berada di lorong rumah.
Sejujurnya, belum pernah Aini diperlakukan seperti ini sebagai menantu oleh mbah Darsem sehingga masuk akal bila dirinya merasa curiga,... Namun, bila beliau bukan mbah Darsem lantas siapa yang saat ini sedang bersamanya dirinya, menunjukkan wujud menyerupai wajah beliau.
"Ra usah wedi nduk, gak bakal tak apak-apakno kowe"
("Tidak usah takut nak, tidak akan ku apa-apakan kamu"),
Begitu lah kata mbah Darsem, yang membuat Aini semakin tidak percaya,... Ditengah pikiran yang berkecambuk tiba-tiba dari arah pintu terdengar suara berderit, seseorang melangkah masuk...
Itu adalah suami Aini, anak kandung dari mbah Darsem,... la berdiri di muka pintu lalu berjalan masuk, mendekati mereka sebelum menarik tangan Aini, isterinya.
Bersama-sama, mereka pergi meninggalkan ruangan itu, saat itu lah Aini bisa melihat kearah mbah Darsem yang masih menyeringai.
Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari dalam mulut suaminya, ia seperti tak ingin membahas hal ini,...
Sesampainya mereka di dalam kamar, pria itu melemparkan hape'nya keatas kasur, sebelum melemparkan diri melanjutkan tidurnya. Aini yang masih aneh mengambil handpone milik suaminya,..
Di sana, wanita itu mulai memeriksa apa yang bisadia temukan di dalam handphone milik suaminya,... Sampai Aini terhenti pada
sebuahpesan sms yang baru saja dikirim oleh ibunya,... Di sana,... Tertulis,...
"Ojok olehi Siti dulinan karo bojo'mu yo le, susulen sak iki nang kamar, cepetan!!"
("Jangan biarkan Siti bermain-main dengan isterimu ya nak, jemput dia sekarang di dalam kamarku, cepat!!),
Aini tidak mengerti bagaimana penjelasan semua ini, bukankah mbah Darsem sedang bersama dirinya,... Lalu siapa yang mengabari suaminya agar menjemput dirinya.
Semenjak saat itu secara tidak langsung Aini jadi mengerti bila mertuanya bukan sembarang orang....
Hal ini juga menjawab segala pertanyaan kenapa rumahnya sering sambang orang meminta tolong dengan berbagai bentuk yang ganjil seperti, ketika mbah Darsem memberikan lidah kambing kepada tamunya, maka bisa dipastikan tamu yang datang kepada beliau sedang ingin membunuh seseorang dan mbah Darsem menyanggupinya. Namun berbeda dengan jawaban bila mbah Darsem memberikan sobekan daun pohon jati,... Itu artinya, si tamu yang akan mati sebentar lagi.
Dua tahun menjalani bahtera rumah tangga, Aini menyampaikan kepada suaminya bahwa dia baru saja dinyatakan positif hamil,... Mendengar hal ini, wajah suaminya tiba-tiba menjadi tegang, dan secara kebetulan juga tiba-tiba pandangan mata suaminya melihat kearah pintu kamar mbah Darsem.
Di sana, mereka melihat wajah mbah Darsemtersenyum menyeringai kepada mereka sebelum akhirnya menutup pintu kamarnya. Adayang tidak beres akan menimpa mereka berdua.
Suatu malam,... Saat kehamilan sudah berusia 7 bulan, Aini seorang diri di dalam rumah. Suaminya sudah mengatakan kepada dirinya bahwa Jidah (nenek dalam bahasa arab) akan menjemput dirinya, ia hanya perlu menunggu sebentar lagi,... Sementara suaminya belum bisa pulang..
Aini menunggu di teras rumah, ia merasa tidak nyaman saat berada di dalam, seakan-akan ada yang sedang mengamati dirinya dari suatu tempat yang jauh,... Sementara, mbah Darsem pamit pergi sejak satu minggu yang lalu,... Entah pergi kemana, Aini tidak tahu, hanya dirinya seorang yang ada di sini.
Lelah dengan badan yang membawa beban sementara hari kian
bertambah gelap, Aini memutuskan masuk ke dalam rumah,... Berniat untuk menyandarkan tubuhnya di sofa ruang tengah namun tiba-tiba pendengarannya teralihkan pada suara berderit dari pintu kamar mbah Darsem yang dibuka.
Aini tahu kemungkinan bila itu adalah Siti, jin peliharaan yang dipelihara oleh mbah Darsem. Aini tahu setelah memaksa suaminya sendiri untuk menceritakan siapa yang selalu menemani wanita tua itu,... Pasalnya setiap malam, Aini seperti mendengar mbah Darsem berbicara dengan seseorang.
Aini berdiri dari tempatnya duduk berniat melangkah pergi keluar dari pintu,... Namun, secara tiba-tiba, pintu yang seharusnya tak pernah dirinya kunci tak dapat Aini buka,... Bahkan ketika ia menggedor-gedor pintu dengan keras, tak ada satu pun orang yang mendengarnya.
Aini terjebak, ia tersudut dibelakang pintu sembari melihat kearah lorong tempat sesuatu terlihat sedang merangkak mendekati dirinya. Untuk pertama kali, wanita itu bisa melihat sesosok jin yang selama ini menjadi peliharaan mbah Darsem.
Wujudnya tinggi dengan rambut yang panjang sampai menyentuh lantai,... Kuku jarinya hitam runcing sementara wajahnya seperti wanita tua dengan hidung yang panjang.... Aini diam pasrah, membiarkan sosok itu menjilati bagian perutnya...
Malam sudah larut, jidah dan Abah baru saja tiba....
Setelah mesin mobilnya mati, mereka langsung mencari Aini namun wanita itu tak juga ditemukan, sampai akhirnya terdengar suara wanita yang sedang bersenandung dari dalam kamar mbah Darsem,... Abah dan jidah mendekat, membuka pintu...
Di sana, Aini sedang duduk bersenandung seorang diri sembari membelai lembut perutnya,.. Jidah bersiap berlari mendekati Aini,... Namun, abah segera menghentikannya.
Di bawah kaki Aini, Abah melihat ada sesosok makhluk yang sedang mengendus perut Aini dengan hidung panjangnya,...
Malam itu, belum pernah Abah semarah ini,... Ada alasan yang tidak bisa dia jelaskan kepada semua orang.... Dasar pemicu dari kemarahan ini tentu saja, siapa yang menyangka seorang mertua bisa melakukan tindakan sekeji ini, memberi makan peliharaannya dengan sukma dari janin yang belum lahir.
Beliau meminta Jidah yang kebingungan untuk keluar sebentar.... Awalnya, Jidah tidak mengerti, kenapa Abah memintanya untuk keluar padahal jelas-jelas Aini ada di depan mereka sedang duduk melihat kearah mereka. Abah tak mengatakan apapun, ia masih meminta wanita itu keluar,...
Tanpa tahu apa yang terjadi, Jidah menurut, menutup pintu...
Tak lama kemudian Abah mendekat,... Ia berjalan menuju ke tempat anaknya yang sedang tersenyum membelai perutnya yang sudah membesar, sementara sosok berhidung panjang itu hanya melotot menatap Abah.
Di luar Jidah yang seorang diri berdiri di balik pintu tampak mulai sedikit was-was,... la tahu siapa suaminya,... Bila ia menunjukkan gelagat seperti ini itu berarti ada sesuatu yang tidak beres,... Namun, apa hubungannya dengan Aini, puterinya,...
Sampai, ia merasa belum pernah semerinding ini...
Tiba-tiba, suasana di dalam rumah ini terasa benar-benar berbeda, tak bisa dijelaskan dengan kata-kata,... Rumah yang seharusnya sunyi, sepi ini, tiba-tiba terasa ramai....
Lalu, dari jauh terdengar suara orang-orang sedang berbicara satu sama lain, suara itu berasal dari taman belakang.
Jidah berhenti sebentar, niatnya ia mau mengetuk pintu bertanya apa yang sedang terjadi tapi ia urungkan, takut bila nanti Abah murka kepadanya,... Lalu dengan rasa penasaran, Jidah berniat menelusuri lorong yang gelap berjalan menuju ke taman belakang tempat dia mendengar suara.
Melangkah perlahan-lahan, Jidah benar-benar menuju kearah taman,... Sebenarnya sebelumnya ia pernah mendengar dari Aini bila rumah suaminya itu sangat besar dan panjang, nyaris hanya sepertiga saja yang berfungsi,... Dibelakang dapur masih terdapat lorong lagi dengan kamar-kamar kosong.
Jidah melewati area dapur, di sana dia menemukan pintu bertulis huruf arab,... Namun, terbaca seperti Rajah, karena mereka berasal dari
bangsa yang sama dengan mbah Darsem,... Jidah tahu apa itu,...
Namun, tetap saja rasa penasaran suara siapa yang ia dengar membuat wanita itu nekat pergi.
Begitu pintu di buka, suara dari orang-orang yang ia dengar menghilang, lenyap begitu saja,...
Dihadapannya terbentang lorong gelap yang panjang dengan banyak sekali pintu. Jidah merasa angin dingin berhembus dari sana, di situlah nyalinya perlahan menciut,.. Jidah berniat menutup pintu,...
Saat, tiba-tiba terdengar suara anak kecil tertawa,... Jidah mengurungkan niat pergi, ia harus memeriksa rumah ini.
Setiap kamar di buka, Jidah menemukan ranjang kosong yang sudah menguning seakan menunjukkan tempat ini sudah lama ditinggalkan. Aroma debu dengan sarang laba-laba terlihat di sana-sini,... Jidah terus berjalan menyusuri lorong, bayangan wanita di jendela-jendela kamar kadang terlihat.
Hal itu tak dihiraukannya,... la hanya ingin tahu ujung dari rumah ini yang berhasil di beli oleh anaknya setelah menikahi Aini puterinya, pun alasan kenapa mbah Darsem dulu begitu menginginkannya,... Apa yang membuat wanita aneh itu begitu menginginkan rumah ini.
Sampailah ia di persimpangan,... Terdapat dua lorong yang memisah, satu lorong dengan banyak pintu kamar sedangkan yang satunya terdapat taman dengan pohon jambu biji,... Terdapat tanah mengunduk di bawahnya, ada batu nisan tersemat dengan tulisan rajah lain,... Jidah mencoba membacanya,...
Setiap kali ia baru membaca sebagian, ada selintas wanita melitas, diikuti bayangan anak-anak sedang tertawa,... Jidah merasa seolah mereka menunjukkan ketidaksenangannya dengan kehadiran dirinya,... Tapi, ia masih begitu penasaran, apa yang sudah dilakukan oleh wanita itu.
Jidah nekat membaca Rajah yang tertulis di batu nisan,... Sebelum, seseorang menarik bajunya yang panjang, sembari mengerang,... la meminta Jidah untuk tidak melihatnya, karena tubuh dan wajahnya hancur seperti daging yang ditumbuk, dia memohon agar wanita itu segera pergi.
Karena merasa iba mendengar suaranya, Jidah menurut. la tak sekali pun menoleh melihatnya,... Jidah hanya tahu anak kecil itu dibelakangnya, mengikuti sewaktu dirinya kembali ke tempat dirinya masuk,... Suaranya terdengar, Jidah merasa bulukuduknya berdiri,...
Diikuti terus menerus,...
Pintu dapur tempat Jidah tadi masuk sudah terlihat, Jidah terus
berjalan dengan suara langkah kaki yang masih terdengar,... Saat itu lah tiba-tiba satu dari banyak pintu yang akan beliau lewati tiba-tiba
terbuka,... Jidah terdiam sebentar, ia merasa ada sesuatu di dalam kamar itu.
Benar saja, sewaktu Jidah berdiri tepat di muka pintu, ia melihat seseorang sedang duduk di atas sebuah kursi kayu dengan pakaian yang familiar.
Tanpa sadar, Jidah berniat melangkah masuk ke dalam kamar memastikan apakah beliau sama dengan yang saat ini ia pikirkan..
Postur tubuh yang sama, gaya rambut sama, pakaian yang sama, hanya saja kegelapan kamar menyamarkan rupanya,... Jidah melewati pintu,...
Dari semua Rajah yang ia lihat yang kebanyakan berbentuk binatang, Rajah yang di dalam kamar ini berbentuk seorang manusia dibungkus dengan kafan dominan hitam.
Jidah berdiri dihadapan sosok itu, mencoba menelisik,....
Rupanya seperti yang dia duga, sosok itu tak lain adalah mbah Darsem. Namun ada yang berbeda dengan dirinya, ia hanya diam menyeringai saja, tak mengatakan apapun,...
Tahu ini bukan mbah Darsem melainkan jin yang menyerupainya, wanita itu berniat untuk pergi,... Tetapi baru beberapa langkah, pintu kamar menutup dengan sendirinya. Jidah terperangkap, berdiri tepat dibelakang pintu. Menatap mbah Darsem yang sosoknya mulai menghitam.
Leher mbah Darsem seperti terpenggal,... Diikuti tangannya yang menyerupai boneka, bergerak maju mundur saat wanita itu berdiri dari kursinya,... Itu adalah kali pertama Jidah merasa tempat ini tak layak bagi dirinya,... la mulai membaca seruhan ayat yang sangat beliau kuasai,...
Namun, sosok yang mendekati beliau pun sama lihai dan fasihnya,... Tak ada satu ayat pun yang terlewat,... Jidah memejamkan mata terus melantunkan,... Mereka berdua membaca bersama-sama, hanya saja suara Jidah terdengar seperti suara orang yang hampir saja menangis,... Terutama saat ia membelainya,...
Tak lama, pintu lalu terbuka....
Wanita itu pergi berlari meninggalkan kamar diikuti suara tertawa
makhluk itu yang seperti sedang menertawakan dirinya,... Jidah tahu ia tak sekuat Abah dalam menghadapi makhluk yang seperti ini,... Tanpa ragu, wanita itu membuka pintu kamar.
Di sana, ia melihat Aini dengan berlumurkan darah di perutnya.
Aini masih duduk di tempatnya, sementara Abah berada di sudut ruang, menatap Jidah dengan wajah mengiba.
Saat itu lah, Abah mendekati Aini menarik tangannya, membawa mereka berdua keluar dari dalam kamar,...
Jidah tidak mengerti apa yang baru saja terjadi namun sesaat sebelum pintu tertutup, ada suara melengking tertawa,... Jidah tak bertanya kepada Abah, ia tak mau harga diri pria itu jatuh.
Semenjak saat itu Aini tak diijinkan kembali ke rumah itu, meski suaminya sudah menjelaskan kali ini ia akan turut menjaganya,... Abah menolak keras, mengutuk agar mbah Darsem yang menemui dirinya bila ingin melihat Aini kembali ke rumah itu,..
Saat itu lah, wanita itu akhirnya datang..
Abah dan mbah Darsem sudah lama berteman, mereka sudah tahu sama tahu,... Namun, kejadian malam itu tak dapat di maafkan,... Berkali-kali Abah menasehati mbah Darsem agar tak mengikuti jejak gurunya, tapi tak ada yang lebih keras dari kepala wanita itu, bahkan saat wanita itu kehilangan kesabaran,...
Di depan Abah, mbah Darsem berkata,
"Kowe iki jek bocah cilik, ra usah ngelaruhi maneh yen ra pengen gulumu tugel nang kene"
("Kamu ini masih anak kecil, gak usah menasehati lagi bila tidak mau lehermu putus di sini"),
Abah, tertawa.
Abah lalu menjelaskan apa yang sudah dilakukan oleh Siti,... Namun, mbah Darsem beralasan peliharaannya hanya menjaga Aini dan kandungannya, tidak ada keinginan bagi dirinya untuk menghabisi keturunanannya,... Abah tetap saja tidak percaya,...
Saat itu lah, mbah Darsem akhirnya benar-benar merasa tersinggung.....
la berkata kepada Abah bahwa anak yang nanti dikandung oleh Aini akan berjenis kelamin perempuan, dan wajahnya akan menyerupai dirinya saat ini,... Untuk itu setiap selepas maghrib, ia akan mengirim peliharaannya untuk menjaga janin dalam kandungan Aini.
Apa yang dikatakan oleh mbah Darsem membuat Abah benar-benar
was-was,...
Setiap selepas maghrib pintu rumah sudah dikunci.... Sementara Abah mengaji di ruang tengah, Jidah bersama Aini di dalam kamar,...
Seperti yang dikatakan oleh mbah Darsem tiba-tiba suasana rumah ini menjadi berbeda, lebih dingin, lebih mencekam....
Beberapa kali Aini seperti mendengar suara tanah yang digesek oleh sapu lidi,... Suara itu berasal dari luar jendela kamar,...
Anehnya, Jidah tak merasa mendengar suara itu, Aini ingin bertanya namun ia urungkan,... Semakin malam, suara itu semakin intens,...
Aini pun berdiri melangkah mendekat ke jendela, Jidah yang melihat gelagat Aini yang aneh mencoba mencegahnya,...
Namun,... Dasar Aini yang keras kepala, ia menyibak gorden melihat keluar,... Hanya jalanan yang sepi tanpa ada satu pun orang melewatinya,... Lantas darimana suara itu berasal?,
Aini bersiap membuka jendela, karena rasa penasaran sudah tak dapat ia tahan lagi,...
Saat itu lah Aini melihatnya,...
Sebentuk binatang melata dengan bulu hitam merayap pergi meninggalkan rumah Aini,... Wanita itu sontak menjerit sebelum kembali menutup pintu, saat itu lah Abah muncul,...
la menjelaskan bila mbah Darsem benar-benar mengirim peliharaannya,...
Entah dengan tujuan apa sebenarnya, wanita itu seperti tak ingin melepaskan Aini barang sedetik saja,...
Esok, ia akan kirim lebih banyak, Aini hanya perlu mengurung diri di dalam kamar..
Selama sisa waktu kandungan, Abah berhasil menjaga Aini bersama dengan Jidah. Tak ada teror berarti, mbah Darsem benar-benar hanya ingin menjaga Aini,... Mungkin saja beliau khawatir mengingat ia sendiri memiliki musuh dimana-mana,...
Tetapi, malam kelahiran cucunya,...
Ada satu makhluk yang tidak pernah Abah lihat datang berkunjung....
Melihat Aini yang sedang dibantu oleh dokter di sebuah rumah sakit, makhluk itu hanya berdiri di sudut ruangan,...
Abah meminta dokter agar diijinkan tidak jauh dari puterinya namun dokter menolak,...
Sehingga, Abah hanya pasrah, melihat makhluk yang setinggi tiga meter itu melihat Aini dengan lidah menjulur panjang.
Di luar Abah bersama Jidah dan suami Aini,... Wajah mereka terlihat gelisah, tak ada kehadiran mbah Darsem karena konon beliau takut dengan tempat seperti rumah sakit.
Hanya beberapa menit saja, lalu terlihat dokter keluar mengabarkan bila Aini berhasil melewati persalinannya. Bahkan wajah dokter terlihat bingung, karena belum pernah ia membantu persalinan secepat dan semudah ini. Cepat-cepat mereka masuk, Abah melihat makhluk itu menyeringai...
Ditangannya berlumurkan darah, Abah berusaha tak memperhatikan,... Mereka fokus dengan jabang bayi yang rupanya benar-benar
perempuan seperti apa yang dibilang mbah Darsem,...
Saat melihat wajahnya, semua orang terdiam,... Mata, hidung, bibirnya yang mungil benar-benar menyerupai beliau.
Semenjak kelahiran anak pertama Aini, mbah Darsem sedikit berubah dalam memperlakukan dirinya. Ia lebih sering tertawa dan berbicara dengannya.... Rasa sayangnya kepada anak itu benar-benar begitu besar,...
Tetapi, ini semua masih awal,...
Karena pokok masalah cerita ini akan kita mulai....
Suatu malam, Aini sedang tidur bersama dengan suaminya,...
Tiba-tiba, ia terbangun setelah bermimpi buruk tentang darah yang ada di mulut seorang wanita setinggi tiga meter,... Di tangan wanita itu ada tubuh Azizah, bayi yang baru saja dia lahirkan dan kepala Azizah sedang dikunyah.
Aini begitu terguncang, ia sontak melihat ketempat dimana Azizah seharusnya berada,... Namun, bayi mungilnya menghilang hanya menyisahkan sosok suaminya sedang terlelap dalam tidurnya,... Tiba- tiba dari luar ruangan terdengar suara seorang lelaki sedang
bersenandung...
Suara lelaki tengah bersenandung seperti sedang menidurkan,...
Aini menggoyang tubuh suaminya,... Namun, pria itu tak menggubris,... Wanita itu tak menyerah, ia terus mendorong tubuh suaminya. Tapi tak ada keinginan sedikit pun pria itu untuk terjaga,... Terdesak, terpaksa Aini pergi sendiri.
Aini melangkah ditengah kegelapan kamar, menuju ke pintu,... Di sana suara senandung semakin terdengar jelas,... Aneh, di sini selain suaminya tak ada lagi pria satu pun yang tinggal,...
Lantas suara siapa yang saat ini Aini sedang dengar?...
Apakah Azizah berada di sana?....
Pintu berderit terbuka, Aini mencoba mengintip,... Sebuah bayangan hitam terlihat bergerak maju mundur menyerupai seseorang yang
sedang menimang-nimang bayi,... Figur yang membuat Aini merinding saat melihat bayangannya.
la masih bersenandung, tak menghiraukan kehadiran Aini yang frustasi....
Aini pun memutuskan untuk mengambil resiko apapun,... la melangkah keluar menuju kearah bayangan yang masih sedang menimang- nimang,... Di sana lah Aini melihat seorang figur pria mengenakan baju putih dengan sarung, berdiri membelakangi dirinya, Aini terdiam
sejenak saat melihatnya.
Figur pria yang Aini lihat pun ikut berhenti, sepertinya ia sudah menyadari kehadiran Aini dibelakangnya....
Sehingga, dengan perlahan, pria itu berbalik sembari masih
menggendong Azizah,... Ia tersenyum, memandang Aini dengan sorot mata melotot,
"Wes tanggi nduk hehe"
("Sudah bangun nak, hehe")
Aini terkejut,...
la mengenal siapa pria ini,... Bagaimana bisa pria ini ada di dalam rumah ini,...
Sembari berpikir keras Aini sontak merebut Azizah dari tangan pria misterius itu, menjaga jarak sejauh mungkin,... Sementara pria itu masih tertawa canggung sembari menggaruk pantatnya..
Tak lama, lampu menyala,...
Dari arah kamar, suami Aini melangkah keluar memandang kearah pria itu sembari bergumam canggung....
"Bapak, kok isok? kapan muleh?"
("Bapak, kok bisa? kapan pulang?")
Pria tua itu tertawa lagi, sembari menggaruk pantat ia berjalan pergi masuk ke kamar mbah Darsem.
Aini kembali masuk ke kamar, di sana mereka berbincang bagaimana pak Zainal, yang biasa dikenal dengan pak Zain bisa pulang, setelah nyaris dua tahunan dijebloskan di dalam rumah sakit jiwa.
Banyak desas-desus yang dulu tersebar mengenai pria ini, Aini merinding setiap mengingatnya.
Karena prilakunya yang semakin lama semakin menyimpang, meski berat suami Aini bersama dengan mbah Darsem akhirnya menjebloskan beliau ke dalam rumah sakit jiwa,...
Tetapi, abah yang mendengar berita ini sempat tak percaya, mengingat Abah sangat dekat dengan pak Zain ini.
Ada kejadian yang menarik dimana meski sudah pulang prilaku pak Zain terkadang masih ganjil,...
la sering melotot ke beberapa sudut rumah, terkadang menuju ke tempat-tempat dalam hanya mengenakan sarung bertelanjang dada sembari membawa tasbih, ia akan kembali saat maghrib tiba.
Tidak hanya itu saja,...
Ketika malam tiba, Aini akan mendengar dari arah kamar mbah Darsem, Abah berteriak-teriak layaknya orang gila,... Hal ini membuat Aini menjadi semakin kewalahan karena Azizah juga terus menerus menangis,... Sementara, mbah Darsem tak lagi pernah pulang ke rumah.
Sampai suatu hari, pak Zain tak lagi terlihat pulang ke rumah,...
Suami Aini menjelaskan bila ayahnya sedang pergi menunaikan sebuah tugas yang ia sendiri tidak tahu,... Namun, kepergian pak Zain, diikuti kedatangan mbah Darsem,... Wajahnya tampak begitu murka.
Rasanya belum pernah bagi Aini melihat mbah Darsem seperti ini,... la sering tertawa sendirian sembari duduk menenggak minuman- minuman keras, wanita itu benar-benar terlihat menakutkan,... Namun, ketika di depan Azizah wajahnya kembali ceria, tampak bahagia....
Tetapi, saat malam sudah tiba, rumah ini dipenuhi oleh sesuatu yang mengerikan,.... Azizah sering terjaga diikuti tawa sembari menunjuk- nunjuk sesuatu di atas dengan tangannya yang mungil,... Setiap kali Aini menoleh melihat apa yang dilihat oleh bayi mungilnya, Aini tak melihat apapun.
Diwaktu yang bersamaan, Aini merasa bila mereka sedang diperhatikan oleh sesuatu yang tak bisa dirinya lihat,... Beberapa kali juga di dalam kamar Aini melihat sekelibat bayangan berwarna putih melintas begitu saja,... Azizah terus tertawa cekikikan melihat itu membuat Aini menjadi
was-was.
Tak lama, tiba-tiba dari arah pintu terdengar suara mengetuk,... Aini terhenyak sejenak sebelum akhirnya mendekat.
la membuka pintu perlahan sembari menggendong Azizah....
Namun, aneh,... Tak dilihatnya siapa pun di depan pintu,...
Sebelum Aini melihat bayangan mbah Darsem menuju ke dapur.
Azizah menggerakkan tangannya seakan ingin menjangkau beliau....
Melihat itu, Aini pun menuruti Azizah,... Mereka berdua pergi menyusul mbah Darsem, tetapi saat mereka sampai di dapur,... Tak ada siapa pun kecuali pintu dapur yang dalam keadaan terbuka di sana Azizah menunjuk sambil tertawa.
Terdiam sejenak, Aini tak berniat untuk pergi ke sana namun sialnya
saat ia berjalan menjauh Azizah tiba-tiba saja menangis histeris,
sedangkan bila Aini mendekat, bayi mungil itu tertawa menepuk-nepuk tangannya..
Aini terdiam menatap ke lorong, gelap sekali...
Tak ada pilihan lain, Aini pun nekat dengan harapan di sana ia bisa bertemu dengan mbah Darsem,...
Entah apa yang dilakukan oleh wanita tua itu,... Namun, Azizah seperti tak mau pergi meninggalkan tempat ini..
la menelusuri setapak demi setapak, lorong semakin lama semakin gelap.
Tak lama terlihat banyak pintu tua, Aini masih sabar menelusuri lorong dengan langkah yang kian melambat,... Beberapa kali, Azizah juga menoleh kesana-kemari dengan kepala mungilnya, seperti melihat sesuatu yang melintas dibelakang Aini tapi anehnya tak ada siapa pun disini kecuali mereka.
Sampailah di persimpangan antara sudut lorong atau bagian lain menuju ke taman belakang.
Di sana lah Azizah menepuk tangannya, Aini pun merasa ada sesuatu di sana,... Terlihat ada secercah cahaya dari lilin disudut kamar, maka berjalanlah Aini menuju ke sana.
Tetapi, ada yang aneh,...
Di lorong yang tak terlalu panjang ini, tembok temboknya dipenuhi oleh kertas-kertas bertuliskan Rajah dengan berbagai bentuk, menempel satu sama lain. Bahkan terkadang kertas-kertas itu menumpuk, seakan lorong ini tak boleh untuk didekati.
Anehnya, Azizah bertambah senang....
Aini tertuju pada salah satu Rajah yang terbentuk dari seorang lelaki telanjang dengan tanduk dan taring...
Aini dapat membaca dengan jelas Rajah tersebut, ada sebentuk kalimat tentang nama Jin yang dulu pernah dirinya dengar dari Abah, bulu kuduk wanita itu berdiri.
Aini berniat untuk kembali,...
Anehnya, Azizah seperti tahu apa yang akan dilakukan oleh ibunya,... la mulai berteriak, merengek, menangis bahkan sampai hati menjerit serta meronta membuat ibu nya tak punya pilihan lain selain berjalan sampai ke sudut pintu dan membukanya.
Sampailah ia disudut lorong....
Aini berdiri di depan pintu melihat satu Rajah yang tertulis dengan jalas untuk tidak pernah membuka pintu ini,... Aini melihat Azizah yang tertawa cekikikan, wanita itu mendorong perlahan, lantas derit suara pintu terdengar diikuti suara tertawa parau.
Aini melihat sebuah ruangan kosong dengan sebatang lilin yang diletakkan ditengah-tengah ruang. Tak ada apapun lagi kecuali satu ranjang tua yang berada disudut tembok,... Di atasnya terlihat sesuatu yang menggumpal tertutupi oleh selembar kain berwarna putih.
Aini tidak tahu apa itu.
Dasar sudah sejauh ini, Aini yang awalnya ragu berada di tempat ini tiba-tiba saja tubuhnya bergerak dengan sendirinya, ia begitu penasaran....
Kenapa tak ada yang pernah sampai ke tempat ini, apa yang sedang disembunyikan oleh mbah Darsem.
Aini berdiri di depan selembar kain putih,...
Sembari menggendong Azizah, satu tangan Aini menarik selembar kain,... Terlihat sesuatu yang familiar mulai terlihat jelas. Ketika kain sudah tersibak, Aini melangkah mundur,... Jantungnya berdebar-debar dengan kencang....
la tak percaya mbah Darsem menyembunyikan hal sinting seperti ini.
Aini melihat seorang anak muda yang kemungkinanberusia 16 tahun, terbujur kaku dengan wajah pucat,... Sialnya, anak muda itudalam kondisi mata terbuka lebar,...
Aini menjerit,...
Namun, Azizah tertawa,... Sebelum dibalik pintu berdiri sosok yang dirinya kenal...
MbahDarsem,...
la menatap Aini,...
Azizah nampak sumringah melihat mbah Darsem....
Tapi, Aini menyadari sesuatu,...
Memang, mbah Darsem sangat menyayangi Azizah melebihi siapa pun
tetapi Azizah tak pernah menunjukkan respon yang sama pada
neneknya ini,...
Kecuali, yang di depan pintu bukan lah mbah Darsem yang sebenarnya.
Seperti sadar dengan gelagat Aini, sosok yang menyerupai mbah Darsem itu tertawa, lalu menundukkan wajah,...
Saat itu kedua tangannya lalu mulai merobek kulit wajahnya sendiri sembari punuknya terbungkuk, ia berdiri setinggi tiga meter sampai wajahnya tak nampak terhalang kusen pintu.
Itu lah kali terakhir Aini melihat wujud yang menyerupai mbah Darsem,...
Karena setelahnya, ia dicengkram dari belakang oleh anak muda itu. la menahan tubuh Aini,.. Azizah yang tersungkur jatuh ke lantai lalu diseret keluar dari pintu sebelum akhirnya pintu tertutup, cahaya dari lilin mati.
Sebelum wanita itu kehilangan kesadarannya, ia sempat mendengar suara Azizah sedang tertawa terpingkal-pingkal dari balik pintu diikuti senandung nyanyian yang pernah ia dengar dari mulut pak Zainal.
Senandung mereka terdengar sama persis...
Pelan-pelan, semua menjadi gelap.
Aini terbangun diatas ranjang kamar miliknya, kepalanya terasa seperti dihantam oleh benda yang keras. Tak lama terlihat sosok suaminya sedang duduk disamping, melihatnya dengan sorot mata khawatir. Tak lama wanita itu mencoba mengingat kembali, apa yang baru saja terjadi dengan dirinya.
Ketika ingatan Aini mulai kembali.... Tiba-tiba dengan wajah panik, ia berteriak kepada suaminya. Ia melihat jasad anak laki-laki di kamar belakang, lalu, anak mereka!!
Anak mereka, Azizah,... Diambil,... Diambil oleh makhluk yang menyerupai mbah Darsem,...
Aini tampak seperti orang kesetanan!
Suaminya hanya menatap Aini dengan sorot mata bingung, seperti tidak mengerti kata-kata yang keluar dari mulut isterinya. Ia mencoba menenangkan Aini dengan menyuruhnya agar kembali istirahat.
Mungkin saja, Aini lelah karena beberapa hari ini Azizah juga tampak rewel.
Tapi Aini tidak menyerah, la masih mencoba meyakinkan suaminya bahwa ia melihat sesuatu yang sinting dibelakang rumah ini. Tetapi, tetap saja, suami Aini tampak tidak percaya.
Dengan nada putus asa, lantas Aini lalu bertanya dengan nada suara yang keras,
"Neng ndi Azizah lek ngunu?"
"Dimana Azizah kalau begitu?"
Tak lama kemudian, dari arah pintu terlihat seseorang melangkah masuk,... Ditangannya ia sedang menggendong Azizah yang sedang terlelap dalam tidur,... Ia menatap Aini sembari mengatakan,
"Opo to, jek isuk kok wes rame-rame"
("Ada apa sih, masih pagi sudah ramai"),
Aini melihat mbah Darsem,...
Melihat mbah Darsem, Aini langsung tersentak.,... la segera berdiri lalu merebut Azizah dari tangan wanita tua itu,... Tak lama, Azizah terbangun sebelum mulai menangis,... Aini tak lagi perduli, di dalam kepalanya, semua sudah kacau,....
Namun, satu yang Aini yakini, semalam ia tidak bermimpi.
Sembari menenangkan Azizah, Aini menjauhi mbah Darsem,... Suaminya tampak bingung dengan sikap isterinya yang tiba-tiba saja seperti ini,.. Disitulah, Aini mengatakan bahwa di kamar belakang, ia melihat seorang anak lelaki, terbujur kaku di kamar belakang tempat mbah Darsem biasa berada.
Mbah Darsem hanya diam saja sewaktu Aini mengatakan semua itu,... Sudut bibirnya juga tersungging beberapa kali menyerupai seseorang yang sedang meremehkan orang lain.
Suaminya berdiri, mencoba menenangkan,... Namun, Aini menolak,... Tak lama kemudian seorang melangkah masuk ke dalam kamar.
Aini terhenyak dalam diam, ketika melihat seseorang yang melangkah masuk adalah anak lelaki yang Aini lihat terbujur kaku di kamar belakang.... la tampak biasa saja, tak ada yang aneh dengan tubuhnya.
Mbah Darsem lalu menjelaskan, bila anak ini adalah pasien biasa yang datang kepadanya.
Meski mbah Darsem kemudian menjelaskan setiapdetail apa yang ada di sana, sampai siapa anak ini, Aini masih merasa janggaldengan ceritanya, banyak pertanyaan di dalam benaknya.
Suatu hari, pak Zain pulang.... Untuk pertama kali, pak Zain dan mbah Darsem saling berhadapan.
Suasana di dalam rumah menjadi semakin tidak nyaman.
Kamar tempat mbah Darsem biasanya tak lagi ditinggali, wanita tua itu kini memilih pindah ke kamar belakang, sementara pak Zain tetap ada di dalam kamar miliknya.
Sesuatu seperti akan sambang ke rumah mereka, Aini bisa merasakan.
Disuatu malam, Aini tak kunjung bisa tidur karena Azizah anaknya juga tengah terjaga,... Matanya terbuka lebar, sementara disampingnya, suami Aini sudah terlelap tidur,... Tiba-tiba dari luar kamar terdengar suara-suara ramai langkah kaki berlalu-lalang, membuat Aini tampak penasaran.
Wanita itu ingin sekali melihat apa yang sedang terjadi,...
Sejak kehadiran pak Zain di rumah ini, Aini selalu merasa dirinya tak lagi bisa tenang. Ditambah mbah Darsem juga terlihat semakin aneh,... la sering datang membawa anak-anak muda, berusia kisaran 15 sampai 18 tahun.
Kejanggalan lain yang Aini lihat juga perihal penampilan mbah Darsem. la tak lagi pernah mengikat rambutnya, melainkan dibiarkan terurai dengan panjang rambutnya yang nyaris menyentuh lantai. Mbah Darsem membiarkan rambutnya begitu saja, mata-nya seperti orang yang tak pernah tidur.
Berbeda dengan mbah Darsem,... Pak Zain, tampak lebih segar,... la sering tertawa sendiri sambil mengangkat kakinya di ruang tengah, seperti ada yang membuatnya senang. Tetapi baik mbah Darsem dan pak Zain tak ada yang saling berinteraksi mesipun mereka suami isteri. Mbah Darsem selama berminggu-minggu, terus membawa anak-anak muda. Mereka dibawa masuk sebelum malam, pergi keluar saat fajar datang. Aini tidak pernah tahu apa yang sebenarnya mbah Darsem lakukan.
Anak-anak muda ini didapat dari rumah orang yang pernah menjadi pasien mbah Darsem.
Mungkin memang tak ada yang aneh dengan anak-anak muda ini bila melihat kali pertama mbah Darsem membawanya,... Namun, Aini
pernah melihat dalam kurun waktu satu minggu terdapat satu anak yang sudah pernah tiga kali dibawa oleh mbah Darsem, penampilannya tampak kuyuh, pucat, letih.
Yang paling menakutkan dari ini semua adalah sudut mata mereka terkadang mengalirkan darah. Ia menutup wajahnya saat Aini tak sengaja memperhatikan, mbah Darsem hanya tersenyum menyeringai kepada dirinya saat melihat wanita tua itu sedang mengantarkan bocah-bocah itu pergi.
Ada satu kejanggalan lain yang Aini sadari tentang mbah Darsem,... Saat ini beliau lebih sering lapar. Pernah mbah Darsem murka mendorong meja atau membanting piring di dapur hanya karena tidak ada
makanan padahal pagi tadi mbah Darsem sudah menghabiskan ayam utuh seorang diri.
Aini benar-benar kebingungan dengan perubahan sikap wanita tua itu,... Terkadang saat Aini tak lagi punya opsi memasak makanan untuk beliau karena membutuhkan waktu yang tidak sebentar, tiba-tiba pandangan wanita tua itu teralihkan pada kucing-kucing liar yang biasa lewat depan rumah.
Wanita tua itu akan memungutnya lalu membawa masuk binatang itu ke kamar belakang.... Aini tidak pernah tahu apa yang diinginkan mbah Darsem dengan binatang itu,... Namun, firasatnya mengatakan ini bukan hal bagus, karena sepanjang perjalanan wanita itu bergumam sembari tertawa gila.
Yang jelas, perubahan sikap mbah Darsem benar-benar berbanding terbalik dengan perubahan sikap pak Zain yang semakin lama terlihat semakin baik,... la tak lagi bertelanjang dada, melainkan mengenakan pakaian-pakaian bagus dan harum, bersih tak seperti pak Zain yang pertama Aini lihat.
Aini mulai membuka pintu,... la mencoba melihat dikegelapan ruang tengah, terlihat bayangan sosok wanita sedang duduk di atas sofa, membelakangi dirinya. Tak hanya satu sosok saja yang Aini lihat, melainkan beberapa lagi di sudut-sudut, wajah mereka tak dapat Aini lihat dengan jelas.
Saat itu lah, suaminya menarik lengan Aini,... Ia berkata bahwa lebih baik tidak ikut campur pertempuran antara bapak sama ibunya, bila tak mau terseret dalam pertikaian mereka berdua.
Aini mengangguk,... Untuk kali ini, dia menurut,...
Sebelum mereka menutup pintu, sosok dibalik sofa menoleh melihat kearah mereka, wajahnya samapersis dengan sosok berhidung panjang yang menjilati kandungannya dulu,... SITI.
Untuk apa makhluk itu di sana?
Semenjak perkataan suaminya, Aini tak lagi perduli dengan apa pun yang terjadi di rumah ini. Berbulan-bulan ia lewati sampai Azizah bertambah dewasa dan mampu mengatakan sesuatu sebagai ucapan pertamanya. Sebagai anak pertama tentu kalimat pertama yang keluar dari mulutnya menjadi bagian yang paling dinantikan,..
la menyebut "Siti" sebagai kalimat pertama sembari memandang sosok yang ada di belakang Aini, bocah itu tersenyum sembari menepuk- nepukkan tangannya.
Aini berusaha tak memperdulikan lagi kehadiran makhluk yang bersemayam di dalam rumah ini,...
Sampai.... Terjadi sesuatu yang mengegerkan,...
Semenjak kehadiran pak Zain di rumah ini, ia terus melarang pasien- pasien mbah Darsem untuk datang, mengancam serta mengusir mereka dengan keras.
Perbuatan pak Zain ini membuat mbah Darsem murka,...
Suatu siang, mbah Darsem menjerit histeris di dalam kamar,... Aini dan suaminya yang terkejut lantas mendatangi mereka,... Di sana, pak Zain sedang tidur dengan posisi bersantai, sementara mbah Darsem melotot dengan wajah letih.
Entah apa yang sedang mereka bicarakan, mbah Darsem terlihat lebih jauh berbeda dari kali terakhir Aini melihatnya. Kulitnya putih sampai urat ototnya terlihat, matanya merah seakan pembuluh darahnya pecah dan dari sela kuku jarinya meneteskan darah yang mengotori lantai rumah.
Pak Zain tampak tenang, ia hanya tertawa sambil berkata,
"Kate nyapo kowe, ra usah nekat ngelawan bojomu iki,... Wes tobat o ae, wes tuwek awakmu"
("Mau apa kamu, gak usah nekat melawan suamimu ini... Sudah bertobat saja, sudah tua kamu"),
Mendengar itu, mbah Darsem lalu pergi.... Tetapi,...
Entah pak Zain sadar atau tidak, mbah Darsem sempat tersenyum mengerikan ketika ia berbalik. Mbah Darsem berjalan dengan langkah kaki tertatih sewaktu meninggalkan ruangan ini, wanita itu sepertinya sedang mempersiapkan sesuatu..
Aini merasa tidak tenang, ia berkata kepada suaminya untuk membawa Azizah pergi saja ke rumah Abah,... Namun, sang suami berkata bila tidak ada yang perlu dikhawatirkan....
Apa yang Aini lihat sudah sering terjadi, pertengkaran biasa antara suami isteri,... Namun, tetap saja, Aini gelisah.
Firasatnya berkata bila akan terjadi sesuatu yang gawat. Aini mondar mandir sembari menenangkan Azizah, belum pernah anak ini menangis selama ini. Saat itu, suaminya berkata bila nanti sore dia pergi, katanya ibunya ingin dia bertemu seseorang.
Mendengar itu Aini sontak murka,
Aini langsung melangkah pergi, ia melewati suaminya yang masih mencoba menghentikannya. Sewaktu melewati ruang tengah, Aini terhenyak melihat mbah Darsem sedang duduk. Matanya terlihat letih, nafasnya tersenggal, sambil tersenyum ia berkata kepada Aini,
"Jangan pergi ya"
Aini tidak bisa menjawab, mbah Darsem lalu berusaha berdiri meski terlihat susah payah. Belum pernah Aini melihat wanita tua itu semenderita ini,... Di bibirnya ada luka borok, ia mendekati Azizah, membelai kepala anak itu yang menangis semakin kencang,
"Nanti si mbah datang ya nduk"
Suaminya benar-benar pergi,...
Selama matahari tenggelam, Aini mengurung diri di dalam kamar, mengunci pintu. Ia berusaha menenangkan Azizah yang masih menangis,... Aini benar-benar frustasi,... Sebelum dari arah pintu, tiba- tiba terdengar suara pak Zain memanggil-manggil nama Aini..
"Nduk, nyopo lawange dikunci too, bapak kepingin ngomong,... Penting iki kanggo anakmu sisan, kaelo nangis terus"
("Nak, kenapa pintunya dikunci, bapak ingin bicara sesuatu,... Penting ini buat anakmu juga, lihat dia menangis terus"),
Aini hanya diam saja dibalik pintu, ia benar-benar bingung.
Lama tak digubris oleh Aini, pak Zain hanya berpesan kepada Aini,
"Nek kowe butuh, bapak nang kamar yo nduk,... Bapak keroso gak enak ae karo jijah,... Yo wes, lek ngunu nduk"
("Kalau butuh sesuatu, bapak ada di kamar ya nak,... Bapak merasa gak enak saja sama zizah,... Iya sudah kalau begitu nak")
Suara langkah kaki pak Zain pergi terdengar,...
Berjam-jam kemudian, Azizah sudah mulai tenang.... Aini menidurkan bayinya di atas ranjang, sementara dirinya mondar-mandir merasa ada yang membuat dirinya tidak tenang. Sebelum dari arah pintu terdengar suara handle pintu sedang dibuka.
Tak lama pintu berderit terbuka padahal Aini sudah yakin bahwa pintu dalam kondisi terkunci. Dibalik sana, mbah Darsem berjalan masuk dengan nafas tersenggal,... Wajahnya tertutup oleh rambutnya yang beruban keriting panjang. Ia melihat Aini sebelum menoleh kearah Azizah, ia mendekat.
Sembari melangkah tertatih-tatih, wanita tua itu menuju ke tempat Azizah yang tidur. Aini berniat mendahului,... Namun saat wanita itu menunjukkan wajahnya....
Bagai tersambar petir, tubuh Aini tersirep,... Kulit mbah Darsem menggelambir dengan mata merah, nyaris seperti menangis darah.
Mbah Darsem seperti orang pesakitan, bahkan untuk mengangkat tubuh Azizah saja, mbah Darsem harus menelungkupkan sikunya seperti membawa benda berharga. Beberapa kali wanita itu menjerit saat membawa Azizah. Gigi mbah Darsem kuning sementara disela gusinya darah mengalir keluar.
Tanpa Aini sadari wanita tua itu sudah pergi keluar, meninggalkan Aini seorang diri di dalam kamar. Saat itu Aini baru terjaga, wanita tua itu seperti baru saja menghipnotis dirinya. Ketika Aini mencoba membuka pintu, ia terjebak dalam kondisi pintu dikunci dari luar.
Tak mau berdiam diri, Aini menghantam-hantamkan pintu dengan apapun yang dia temui di dalam kamar. Sewaktu pintu sudah terbuka, Aini melihat tetesan darah di lantai sepanjang jalan menuju kearah dapur. Aini berlari sekuat mungkin sampai langkahnya terhenti saat melihat pintu dapur.
Di sana ada sebuah kertas dengan Rajah manusia berkepala dua,... Aini membaca Rajah itu yang tertulis "Khaifrit",
Baru saja Aini menyentuh pintu itu, suara mengerang terdengar mengancam dirinya,... Aini belum pernah seciut ini nyalinya dibandingkan saat melihat makhluk di kamar belakang.
Aini lantas mencoba berbicara menggunakan bahasa ibu dengan sosok dibalik pintu, dan suara tinggi itu menjawab dengan bahasa yang sama dengan dirinya. la lantas mengerti bahwa mbah Darsem benar-benar sedang tidak dalam kondisi baik sampai harus memanggil makhluk seperti ini.
Makhluk itu mengingatkan bila ini tak ada sangkut pautnya dengan Aini sama sekali,... Lebih baik ia urungkan niat untuk masuk lebih dari ini, karena bila dia memaksa dengan melihat wujudnya saja, Aini dapat menjadi sinting sampai gila. Baginya Aini tak lebih seperti nyamuk kecil.
Mendengar kata sinting, Aini lantas teringat dengan pak Zain,...
Mungkin ini sudah gila....
Namun, Aini tak memiliki pilihan lain. Ia berlari menuju ke kamar pria tua itu berniat untuk meminta tolong.... Tetapi, sesampainya di sana Aini terkejut, melihat pak Zain bersila bermandikan darah.
Ditangan pak Zain,... Beliau terus memutar tasbih, tak menghiraukan kehadiran Aini,... Namun, pakaian putih yang ia kenakan sudah
dipenuhi oleh darah yang terus dimuntahkan dari dalam mulutnya,... la masih membaca dalam khusuk,... Aini tak mengerti apa yang sedang terjadi, pak Zain kesakitan.
Wajahnya benar-benar seperti orang menahan kesakitan yang luar biasa,... Beberapa kali beliau berhenti, nafasnya tersenggal-senggal. Aini duduk dihadapannya, melihat keringat di keningnya. Sampai akhirnya pria tua itu memuntahkan darah tepat di wajah Aini,... Setelahnya, ia tersungkur...
Aini menjerit, wajahnya berlumuran darah. Ia lantas keluar dari dalam rumah, meminta bantuan tetangga,... Namun, anehnya malam itu tak satu pun pintu yang mau membuka bahkan saat ada cahaya rumah yang didekati tiba-tiba saja si pemilik mematikan lampunya, menolak permintaan Aini.
Aini kembali ke dalam rumah,....
Di sana, di sofa tengah,... Aini terdiam, termangu, melihat mbah Darsem sedang duduk menimang Azizah, bersenandung dengan merdu,... la menoleh melihat Aini, wajah mbah Darsem tak lagi seperti sebelumnya, ia terlihat lebih segar sembari tersenyum kepada Aini.
"Anakmu mene bakal dadi wong gede nduk"
("Anakmu besok akan menjadi orang hebat nak")
Katanya sembari menyerahkan Zizah kembali ke tangan ibunya,
Tak lama, mbah Darsem pergi sembari menghela nafas lega,.. Wajahnya sumringah menuju ke lorong belakang, seakan beban yang ada dipunggungnya lenyap.
Sepanjang malam, Aini merawat pak Zain,... Untungnya beliau masih dapat berbicara, hanya saja ia tak bisa melihat lagi, entah bagaimana bisa terjadi pak Zain menjadi buta.
Keesokan paginya, Abah datang bersama Jidah,... Mereka tampak lesuh melihat kawan baik Abah diperlakukan begini.
Aini dapat melihat pak Zain membisikkan sesuatu ditelinga Abah. Wajah Abah tampak murka namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Setelah selesai, Abah duduk disamping mbah Darsem yang menunggunya.
"Kok isok tego ngene, sampe mok ajorno sukma ne ngene to"
("Kok bisa kamu setaga ini, sampai sukmanya kau bikin hancur")
Mbah Darsem hanya tertawa sembari mengadahkan kepalanya seakan- akan apa yang dilakukannya sudah benar,
"Sopo dilek sing nyandak, aku wes cukup sabar digawe guyonan mbek wong iku"
("Siapa dulu yang memulai, aku sudah sabar dipermainkan oleh orang itu")
Aini yg mendengar hanya dapat diam seribu bahasa,... la tahu, bila manusia memiliki 7 sukma. Bila 7 sukma itu bercerai, maka tak ada lagi kesempatan bagi manusia untuk hidup. Yang terjadi dengan pak Zain, ketujuh sukmanya sudah lebur dihantam mbah Darsem.
Abah lantas berdiri, ia sudah tak mau melanjutkan dialog dengan kawan lamanya ini. Pak Zain dan mbah Darsem dulu seperti sepasang kekasih yang saling mengisi,... Siapa sangka setelah ilmu itu menurun kepadanya, ia berubah menjelma menjadi sosok yang tak lagi bisa dirinya jangkau..
Tetapi,... Sebelum, Abah pergi,... Mbah Darsem tiba-tiba mengingatkan,
"Mas, tak peringatno, ojok nekat koyo bojoku yo,... Gok dunia nyoto, ireng bakal kalah ambek putih,... aku wedine kelangan kowe pisan maringene"
("Mas, saya ingatkan, jangan nekat seperti suamiku,... Jangan kesana ya,... Di dunia nyata, yang hitam tidak selamanya akankalah sama yang putih,... Takutnya aku harus kehilangan kamu juga setelah ini")
Abah tak berkomentar, ia lantas pergi meninggalkan rumah itu,... Karena sebentar lagi ia harus mengikhlaskan pak Zain pergi selama- lamanya.
Seperti yang sudah diduga, satu minggu berselangpak Zain meninggal dunia.
Mbah Darsem tak datang ke pemakamannya, ia memilih mengurung diri di dalam kamarnya,.. Di-sana, Aini sering mendengar suara wanita sedang menangis, keras sekali,... Suara itu tak lain dari suara mbah Darsem.
Setelah kejadian itu, mbah Darsem lebih sering sendiri, ia juga tak lagi mau menerima siapa pun yang meminta tolong kepadanya,... Tubuhnya bertambah kurus,...
Namun, ia tetap merawat, serta memberi makan peliharaannya.... Karena Aini menjadi saksi, mbah Darsem tak akan bisa lepas dari ilmunya.
***
Tahun demi tahun berlalu, sewaktu Aini mengantarkan makanan ke kamar mbah Darsem,... Tiba-tiba wanita itu sekonyong-konyong meminta maaf kepadanya,... Aini tampak bingung, ia tak mengerti apa yang terjadi kepadanya sebelum Aini mendapat kabar, Abah meninggal di dalam kecelakaan mobil.
Aini tak bisa menuduh mbah Darsem, bisa saja memang sudah
waktunya. Lantas ia mencoba mengikhlaskan meski rasa sakitnya saat melihat mbah Darsem akan timbul kembali. Kondisi tubuh mbah Darsem sendiri semakin memperihatinkan,...
Tapi anehnya, setiap kali diajak ke rumah sakit beliau akan menolak keras, bahkan bila dipanggilkan dokter mbah Darsem berteriak, mengancam akan membuat masalah kalau sampai ada dokter yang berani menginjakk kaki di rumahnya.
Lelah dengan segala perlakuan mbah Darsem, keluarga akhirnya menyerah. Ia membiarkan wanita itu pesakitan.
Waktu berselang, suatu hari saat Aini pergi bersama sekeluarga, mereka terkejut melihat mbah Darsem dalam kondisi jatuh di kamar mandi. Melihat kondisinya yang sangat parah, mereka membawa mbah Darsem ke rumah sakit. Selang jarum infus terpasang di kedua tangannya.
Saat dirinya tersadar, mbah Darsem benar-benar terkejut melihat jarum yang terpasang di kedua tangannya,...
la sangat murka,... la terus menerus menjarit,...
Seluruh keluarga berusaha menenangkan beliau,... Namun, mbah Darsem terus mengatakan kata-kata kasar, keluarga pun akhirnya membiarkan.
Aini merasa iba, ia belum pernah melihat mbah Darsem selemah ini,... Suatu pagi, ia menjemput Azizah di sekolahnya,...
Sudah lama sekali mbah Darsem tak bertemu dengan Azizah. Di kamar rumah sakit saja, mbah Darsem terus memanggil-manggil nama cucu kesayangannya.
Namun saat itu,... Tidak ada angin, tidak ada hujan, Azizah tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Aini terdiam,
"Mari ngene si mbah mati kok, gawe opo diparani"
("Sebentar lagi nenek juga meninggal kok, untuk apa dijenguk") katanya dengan ekspresi datar,
Benar saja, selang waktu,... Aini mendapat kabar dari suaminya, bila mbah Darsem sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Aini terdiam melihat anaknya yang masih menatapnya dengan ekpresi datar. la tidak tahu apakah yang baru saja di ucapkan oleh Azizah kebetulan semata, tidak ada yang tau.
Disuatu malam, saat Aini menemui seorang habib untuk memintakan doa bagi Azizah agar ia diterima di universitas negeri kotanya,...
Habib itu bertanya, siapa gerangan jin hebat yang mengikuti puterinya?,
Aini hanya diam tak berani menjawab,..
Setelahnya, habib itu berkata,
"Jangan sampai kau biarkan anakmu berbelok imannya, apa yang dia katakan bisa langsung terjadi,... Untuk itu jaga dia dalam kebaikan, karena jin yang mengikutinya benar-benar akan menuruti apa yang diperintahkan"
Kini, Azizah baru saja menyelesaikan pendidikannya...
Ngomong-ngomong sejak tadi beliau menyimak thread ini...
Untuk itu, bolehkah saya meminta doa untuk almarhumah serta almarhum siapa pun, termasuk tokoh nyata dibalik nama mbah Darsem, semoga dosanya diampuni, begitu juga abah dan pak Zainal.
TAMAT