NGUNDUH ARTHO

 


NGUNDUH ARTHO




CeritaHororRumahJalu

Ngomongin uang dari pesugihan tidak bisa dinalar dengan logika, bahkan untuk beberapa orang hal ini masih sulit diterima. Karena kasusnya memang ghoib, kecuali mereka dilihatkan didepan mata kepala sendiri.
Saya sendiri pernah menjadi saksi orang yang kekayaannya tak mungkin habis sampai tujuh keturunan bila kita menggunakan hitung- hitungan matematika,...
Namun, apa yang terjadi, dalam hitungan kurang dari tiga tahun setelah si pelakon mengingkari janji, harta yang melimpah ruah seolah
menguap begitu saja.
Sekarang.... Keluarga yang tidak tahu menahu menanggung kesalahannya.
Hidup terlunta-lunta, depresi, kemalangan seperti tidak ada habisnya datang. Bahkan keluarga jauh yang dulu datang untuk menikmati harta mulai menyingkir satu persatu, meninggalkan si keturunannya ini.

Thread ini ditulis beradasarkan pengalaman saya pribadi, menjadi saksi seseorang yang melakukan pesugihan, berhasil menjadi orang yang begitu kaya raya. Namun, semua lenyap ketika dia mulai tidak dapat menepati janjinya pada sosok yang dia permintai.

Karena saya juga sedang bekerja malam, jadi saya akan tulis sewaktu- waktu ya. Namun, yang pasti dalam waktu dua hari ini thread ini akan selesai, jadi buat yang tidak sabar menunggu bisa dibaca dua hari lagi.

Tidak ada satu pun manusia yang pernah mau atau sudi terjebak di dalam jurang kemiskinan. Hal itu juga yang dirasakan oleh Mantono, seorang pria paruh baya yang kesehariannya hanya menjadi buruh kapas. Dimana, hasil jerih payahnya bekerja tak pernah bisa menutupi tanggungan keluarganya.

Sudah berpuluh-puluh tahun, bahkan sampai Mantono berkepala empat namun tak ada yang berubah dari kehidupannya, Setiap hari, beliau pasrahkan hidup dari uang berhutang kepada para tetangga dan kawan-kawan yang juga sama susahnya. Singkat cerita hal ini menyadarkan beliau.


Menyadarkan beliau, bila terlahir miskin benar-benar suatu kehinaan yang tidak lagi bisa dia terima.

Suatu hari,...

Sejak hari itu, isteri dan ketiga anaknya, tak lagi melihat Mantono pulang. Pria itu seakan lenyap begitu saja. Tak ada tetangga mau pun kawan yang tahu perihal di mana keberadaan pria paruh baya ini.

Hal itu, membuat keluarga Mantono semakin sulit. Karena dia menghilang begitu saja, tak kunjung muncul. Sehari sampai berbulan- bulan tanpa ada satu pun orang yang tau, sampai pihak keluarga mulai pasrah, tak tau lagi harus mencari kemana pria satu ini.

Lambat laun, kabar hilangnya Mantono mulai meredup, tertutupi oleh sebuah tragedi misterius yang menimpa seorang pemuda yang tiba-tiba lenyap.

Hilang, ditelan sungai ketika dia menceburkan diri untuk mandi di siang bolong.

Berita ini, sontak menggemparkan seisi desa.

Saya yang masih duduk di bangku SMP, setelahmendengar perihal berita ini ikut berlari menuju ke tempat kejadian dimanawaktu itu tepi sungai sudah ramai dipenuhi oleh warga desa yang penasaran,bagaimana kejadian tragis ini bisa terjadi.

Saya mendekat, berbaur dengan yang lain.

Saya mencoba memasang telinga rapat-rapat, guna mencuri dengar kronologi kejadian ini bermula. Rupanya, korban tenggelam adalah seorang pemuda dari desa sebelah. Bila ada yang ingat dengan lokasi tempat tinggal saya, desa ini ada di barat pabrik gula.

Korban datang bersama dua kawannya,... Awalnya, niat mereka datang ke sungai adalah untuk melepas penat, menikmati semilir angin setelah pulang dari sekolah. Namun, cuaca yang panas saat itu membuat salah satu dari mereka mengajukan ide untuk menceburkan diri ke sungai, berendam mandi.


Karena arus sungai yang saat itu cukup deras membuat dua kawannya ragu, dan berkata bila itu bukan ide yang bagus. Merasa bahwa dua kawannya ini pengecut, si pemuda ini melepas pakaiannya. Tanpa berkata apa pun, tiba-tiba dia langsung melompat menceburkan diri ke dalam sungai.

Melihat tingkah sinting si pemuda rupanya tak membuat kedua sekawan ini khawatir karena ia tahu bila pemuda yang baru saja

melompat itu adalah salah satu dari anak yang pandai dalam berenang. Mereka pun tertawa sembari menunggu kemunculan si pemuda itu dari kedalaman air di sungai.

Awalnya,... Semenit, lalu dua menit,... Pemuda itu tak kunjung muncul dari dalam sungai. Merasa mereka sedang dikerjai, dua kawan ini

melempar batu-batu kecil sembari mengatakan bahwa mereka tidak akan tertipu dengan sifat jahilnya kali ini.

Tetapi, waktu terus berlalu,... Hingga sepuluh menit akhirnya berlalu begitu saja, dan pemuda itu masih juga tak kunjung muncul ke

permukaan. Hal ini membuat dua sekawan itu mulai berdebar, bingung perihal apa yang terjadi.

Di dalam kepala mereka, pikiran liar mulai bermunculan sampai tak ada pilihan lain selain, lapor...

Sudah berjam-jam semenjak kehilangan pemuda ini yang seakan lenyap dari kedalaman sungai yang seharusnya tak terlalu dalam untuk ukuran laki-laki dewasa. Orang-orang yang masih ramai pun bertanya- tanya,... Kemana perginya pemuda ini?,... Kenapa sampai sekarang belum juga ada yang bisa menemukan?.

Bahkan team pencari pun banyak yang berasal dari kalangan

profesional. Namun, sampai malam menjelang pun masih tak ada kabar apa pun. Saat itu, diadakan doa bersama, untuk siapa pun yang sedang menahan tubuh pemuda ini agar dia melepaskannya, tapi semua usaha itu seakan sia-sia.

Ditengah riuh khawatir dan tangis histeris keluarga si pemuda,... Dari belakang, datang sosok serba hitam dengan rambut gondrong, serta jambang yang lebat. la berjalan menembus kerumunan orang,

melepaskan pakaian hitamnya. Tak ada yang tahu siapa gerangan lelaki asing tersebut.

Tanpa mengatakan apa pun tiba-tiba lelaki misterius itu melompat

begitu saja, masuk ke dalam sungai. Membuat team pencari juga orang- orang yang melihatnya terhenyak sejenak. Tak lama berselang, sosok itu muncul kembali ke permukaan dengan jasad pemuda yang sudah lama meregang nyawa.

Beliau menurunkan jasad pemuda itu yang meregang nyawa dalam kondisi meringkuk. Semua orang yang melihat hal itu lantas melangkah mundur, takut.

Saat itu lah, satu persatu dari orang yang ada di sana mulai menyadari bila lelaki misterius ini tak lain adalah Mantono yang sudah lama hilang.

Mantono yang saat itu terlihat lain membuat beberapa orang ragu untuk bertanya kepada beliau perihal apa yang sedang terjadi.

Seperti dapat membaca pikiran,... Tanpa diminta, Mantono menceritakan bila ketika pemuda ini menceburkan diri, sungai ini sedang kedatangan dayoh (tamu).

Dayoh yang dimaksud ini adalah buaya putih yang kebetulan melintas di sungai ini. Begitu melihat pemuda ini, dia langsung suka. Hal itu lah yang membuat dia akhirnya menahan kaki si pemuda agar tidak lagi kembali ke permukaan. Tahu bila dirinya akan mati, ia meringkukkan tubuhnya.

Berpose layaknya seseorang yang sedang kedinginan. Saat ini, sukmanya sedang di bawa oleh dia.

Sebagai ganti nyawanya, Mantono mengambil kuningan dari dalam kantung celananya. Bentuknya logam seperti emas, sangat bagus untuk memperlancar rejeki. Namun, orang tua pemuda itu menolak.

Saat itu,.. Mantono bertanya bolehkah bila dirinya yang menyimpan benda ini?,... Orang tua itu hanya mengangguk sembari membawa pergi jasad buah hatinya.

Saat itu lah, ada senyuman menyeringai di wajah Mantono. Siapa yang menduga bila ini adalah awal dari sesuatu yang tengah dia sembunyikan.


Keesokan harinya, kepulangan Mantono ini jadi buah bibir orang sekampung.... Tak ada yang tahu menahu kemana perginya Mantono, tiba-tiba saja pulang lalu menolong mengangkat jasad dari pemuda yang mati dalam keadaan tragis. Banyak yang curiga, tapi,... Lebih banyak yang memilih untuk diam.

Tak hanya itu saja, perubahan sikap Mantono juga begitu kentara. la lebih banyak menyendiri di dalam rumah. Bu lek yani, isterinya bahkan seringkali ditanya orang tentang apa yang dilakukan Mantono di dalam rumah, beliau hanya berkata bila Mantono suaminya sedang duduk bersila.

Orang-orang mulai berkasak-kusuk dengan sifat-sifat aneh Mantono ini, karena tak sedikit warga yang bertemu dengan beliau sedang berjalan sendirian menyusuri gang-gang kampung dengan telanjang kaki, sembari mbanda tangan (seperti orang menggendong anak). Namun, warga memilih diam.

Sebenarnya, alasan kenapa orang-orang memilih diam bukan karena tanpa sebab, melainkan karena wejengan dari para tetua desa yang berkata bila Mantono sudah tidak terlihat seperti pria paruh baya yang dulu, ada sesuatu di dirinya yang memancarkan kemilau emas namun aromanya begitu busuk.

Siapa yang mendekati Mantono akan kecipratan harta yang berlimpah namun resiko yang diterima juga cukup mahal,... Sehingga, warga memilih untuk menghindari Mantono.

Puncaknya adalah ketika Mantono sambang ke rumah salah satu orang paling kaya di desa.

Tak ada yang tau maksud kedatangannya.

Tak beberapa lama setelah kedatangan Mantono ke rumah itu, terdengar suara marah dari si tuan rumah,... Sebutlah dia pak Jatmiko, salah satu pemilik usaha garmen rumahan. Dia keluar sembari memaki- maki Mantono, mengusirnya. Dia berujar bila Mantono sudah sinting sampai berani berhutang kepada dirinya.

Beberapa orang yang tahu perihal ini tak ada yang berani menatap langsung, mereka berpura-pura tak mendengar atau melihat apa pun. Padahal telinga sedang memasang pendengaran rapat-rapat. Mantono pun pergi dengan membawa sejumput tanah dari rumah pak Jatmiko. Semenjak kejadian itu, Mantono tak pernah terlihat lagi keluar dari dalam rumah. Isterinya, bu lek Yani tak pernah lagi mau menjawab setiap kali ditanya dimana keberadaan Mantono.

Pria itu bersembunyi, mengunci diri di dalam rumah gubuknya, tidak tahu apa yang dia kerjakan.

Sore ini, hujan angin tiba-tiba sambang di desa. Pak Jatmiko sedang berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersiap santap dengan anak dan cucu-cucunya. Sedangkan isterinya, berada di dapur bersama dengan menantunya, mempersiapkan hidangan sore ini,...

Sebelum, terdengar jeritan..

Suara jeritan itu berasal dari mulut isterinya, membuat pak Jatmiko bersama anak laki-lakinya berlari melihat apa yang sedang terjadi. Di sana, di depan meja, terlihat isteri pak Jatmiko bersama menantunya, berdiri diam mematung di depan sebutir telur yang sudah dipecah,...

Disana, mereka semua melihat isi dalam telur tampak janggal, tak ada putih kuning seperti telur pada umumnya,... Melainkan, cairan kental berwarna merah kehitaman. Isteri pak Jatmiko lalu berujar dengan suara lirih,

"Onk sing nyoba nyilokoi keluarga iki pak"

("Ada yang mau mencelakai keluarga kita pak"),

Dasarnya pak Jatmiko yang tidak pernah percaya yang begituan,... la mengelap cairan itu, membersihkannya dengan kain putih lalu membuangnya ke tempat sampah. Setelah itu, ia pergi sambil berkata,

"Gak usah aneh-aneh, percoyo kok sama takhayul"

("Tidak perlu aneh-aneh, percaya yang namanya takhayul")

Meski pak Jatmiko sudah mengatakan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, namun,... Isteri, menantu bahkan anaknya masih tampak memikirkan kejadian janggal tadi, hal itu terlihat dari begitu heningnya ketika mereka duduk di meja makan, tak ada yang bersuara, kecuali,... Denting sendok.

Pak Jatmiko yang menyadari betapa tidak enaknya suasana ini lantas menghentikan aktifitasnya, mengatakan kepada mereka agar tak lagi memikirkan apa yang baru saja terjadi. Lalu, ditengah-tengah

perkataannya tiba-tiba, wajah pak Jatmiko terlihat berjengit, sebelum ia berhenti.

Satu tangannya bergerak sebelum menggerayangi masuk ke dalam mulut. Di sana, pak Jatmiko menatap sebutir gigi yang patah, tak lama kemudian darah keluar dari dalam mulutnya. Isterinya tampak terkejut,... Sontak, ia berdiri dan meminta suaminya menghubungi seseorang yang dia kenal.

Namun, pak Jatmiko menolak,... Perihal gigi yang patah ini tak lain karena usianya yang sudah semakin tua. Lagipula pembahasan ini membuat pak Jatmiko naik pitam karena sedikit-sedikit dihubungkan dengan hal yang tak rasional,... Beliau pun pergi, masuk ke dalam kamar.

Ketika di dalam kamar, tiba-tiba perhatian pak Jatmiko teralihkan pada sebidang tanah kosong yang ditanami oleh kebun pisang yang bisa dirinya lihat dari jendela kamar miliknya. Di sana, pak Jatmiko melihat wujud seseorang baru saja berlari pergi setelah memandangi dirinya sejak tadi.

Pak Jatmiko ingin menceritakan hal ini kepada isterinya,... Namun, ia urungkan karena, sejak tadi isterinya terus menerus mencoba membujuk pak Jatmiko agar mau untuk memastikan apakah firasat buruk yang dia rasakan ini benar-benar sedang terjadi, mengerayangi keluarganya.

Pak Jatmiko pun pergi tidur, ia terlelap karena larut meski pikirannya masih berkecambuk. Saat itu lah, pak Jatmiko mendengar suara anjing yang terus menerus menggonggong.

Anjing itu pasti lah berasal dari rumah rombe yang ada di depan halaman rumah mereka.

Karena hanya rumah rombe lah satu-satunya rumah yang memelihara anjing di desa ini. Pak Jatmiko pun berdiri karena terganggu dengan suaranya. la sempat melirik kearah jam yang menunjukkan pukul satu dinihari,... Tak bisa tidur, pak Jatmiko pun melangkah keluar kamar.

Semakin lama, suara gonggonan itu semakin menjadi-jadi,... Membuat pak Jatmiko penasaran, apa yang membuat anjing-anjing ini menjadi seperti ini.

Pak Jatmiko pun berjalan keluar dari pintu, untuk melihat dimana anjing-anjing ini sedang menggonggong, niat hati ingin

menghentikannya.

Sembari membawa payung ditangan guna memukul bila sewaktu- waktu binatang ini melawan,... Namun, baru selangkah membuka pintu, pak Jatmiko melihat seekor anjing hitam berdiri di depan rumahnya,... Binatang ini terlihat berbeda, belum pernah pak Jatmiko melihatnya.

Berbeda dengan tiga anjing pemilik rumah rombe, anjing hitam ini terlihat lain,... Lebih jangkung, kurus, dengan mata merah menyala. Pak Jatmiko melangkah mundur dari tempatnya berdiri, sementara suara gonggong anjing di belakang kian menjadi-jadi,... Tak lama, anjing itu lalu menerkam.

Keesokan hari ramai orang datang ke rumah pak Jatmiko setelah kabar tersebar,... la ditemukan oleh isterinya seperti orang terkena struk,... Terjerembab di depan pintu, tak dapat bergerak dengan satu tangan tertekuk, sementara matanya melotot dengan bibir miring.

Setiap kali tetangga mencoba berinteraksi, pak Jatmiko hanya bergumam, menyebut sebuah kata yang tidak jelas juntrungnya.

Setiap hari, banyak orang datang mencoba menyembuhkan. Namun, tak ada yang dapat menolong pak Jatmiko. Mereka hanya bisa memberitahu bila di luar pak Jatmiko sehat,... Namun, di dalamnya, sudah berantakan seperti benda pecah belah.

Ada orang yang sengaja menyiksa pak Jatmiko pelan-pelan, bila bukan orang tersebut yang melepas, tidak akan ada yang bisa melepaskannya. Saat itu, Mantono datang berkunjung, keluarga pak Jatmiko hanya diam saja saat pria itu berjalan masuk langsung menuju ke kamar.

Beliau bertanya apa yang sedang terjadi,... Isteri pak Jatmiko hanya menjawab sebisanya, saat itu lah Mantono membisiki sesuatu ke pak Jatmiko,

la juga meminta segelas air putih, meminumkannya kepada pak Jatmiko, sembari menghadapkan agar kepala pria paruh baya itu menghadap ke selatan. Entah bagaimana hal ini bisa terjadi, tak lama kemudian, pak Jatmiko perlahan pulih.

Mantono lalu duduk di ruang tamu, menunggu.

Pak Jatmiko muncul, berjalan keluar, memberi Mantono segepok uang. Mantono berdiri, mengatakan kepada pak Jatmiko hanya dalam waktu satu bulan, uang ini akan kembali, berlipat-lipat ganda.

Pak Jatmiko hanya diam saja, di bawah kaki Mantono, beliau melihat anjing itu menatapnya.

Dari uang yang diperoleh Mantono itu, dia mendirikan sebuah warung kecil,... Berjualan lontong kupang,... Kabarnya, kata orang-orang tua, Mantono bisa melihat Langgih.


Langgih adalah tanah yang baik digunakan untuk berdagang....

Sayangnya, yang bisa melihat ini hanya para Jagrak. Orang khusus.


Hari pertama warung lontong kupang itu dibuka, diserbu dengan orang- orang bermobil. Tidak ada yang tahu, bagaimana hal ini bisa terjadi,... Pasalnya, melihat warungnya saja, orang kalangan menengah ogah untuk mampir,... Namun, berbeda dengan usaha Mantono ini, benar- benar diburu saat itu.

Bahkan seminggu setelah usaha ini berjalan, semakin panjang mobil yang parkir. Hal ini bagi warga desa tentu saja sesuatu yang mencurigakan,... Namun, tak ada yang berani berspekulasi. Mungkin saja, Mantono memang berjodoh dengan usaha ini,.... Anehnya, bila warga desa yang membeli, tak ada yang istimewa dari makanan ini. Mulai dari rasa serta aromanya, masih kalah jauh dengan lontong kupang lainnya.

Tapi, dari semua rumor yang menyebar, ada satu rumor yang paling janggal,... Yaitu, setiap malam, warung Mantono didatangi oleh orang yang sangat-sangat aneh.

Orang-orang ini tak diketahui datangnya dari mana,... Mereka biasa mengenakan baju serba hitam, terkadang berwarna pedar, ukuran tubuhnya juga tidak umum, tinggi sekali. Namun, yang paling janggal dari orang-orang ini, mereka selalu menutupi mulutnya dengan selembar kain.

Baik laki-laki mau pun perempuan, mereka semua menutupi mulutnya. Hanya duduk, sembari melihat orang-orang sedang lahap menyantap lontong kupang. Mereka baru akan makan saat Mantono menutup warungnya, hal ini tentu memancing rasa penasaran orang-orang. Siapa gerangan manusia ini.

Dari usaha warung kupang ini, hanya butuh waktu satu tahun bagi Mantono bisa membangun rumah dua lantai dengan tiga mobil terparkir di depannya. Semua anak-anaknya diberi usaha sendiri- sendiri,... Anehnya, warung tempat Mantono berdagang tetap dibiarkan seperti itu.

Selain warung kupang itu, ada satu pantangan yang bahkan

keluarganya tak boleh langgar yaitu ada satu kamar khusus yang hanya Mantono seorang diri yang boleh masuk.

Meski membuat penasaran,... Namun, bu lek Yani dan ketiga anaknya tak ada satu pun yang berani melanggarnya.

Singkat cerita, tahun demi tahun harta Mantono semakin bertambah sampai bisa memiliki tanah luas yang dia beli dengan harga tinggi. Meski tak ada yang tahu darimana harta-harta ini berasal, tak ada satu pun warga yang membenci Mantono. Sebaliknya, warga sangat menghormatinya.

Karena Mantono adalah orang yang gemar berbagi,... Tetangga mau pun bukan, selalu mendapat santunan yang tidak sedikit. Banyak yang Mantono lakukan juga untuk desa, semua ini menutupi kabar-kabar duka,... Saat kembali datang berita seorang anak SMP ditemukan tewas mengambang diatas sungai.

Suatu hari, Mantono mengunci diri di dalam kamarnya,.... Berhari-hari, bahkan saat isterinya memanggil namanya dari luar pintu Mantono tak menjawab. Sebelumnya dia sudah berpesan agar apa pun yang terjadi ia tak serta masuk ke kamarnya, larangan ini adalah larangan paling keras.

Dari hari berganti ke minggu, seterusnya Mantono masih tak kunjung keluar, untuk makan pun tidak. Hal ini membuat bu lek Yani sebenarnya khawatir, ia ingin sekali membuka pintu kamarnya,... Namun, ia benar- benar takut dengan larangan suaminya. Sampai, datang seorang tamu berkunjung.

Seorang lelaki yang sering bu lek Yani dengar dari mulut orang-orang.... Awalnya bu lek Yani khawatir bila menerima beliau karena yang dia cari adalah pak Mantono, sementara orangnya sedang melakukan sesuatu di dalam kamar dan tidak dapat diganggu. Saat itu lah beliau membuka kain yang menutupi mulutnya,...

Di sana bu lek Yani sontak terkejut, melihat lelaki dihadapannya tak memiliki aci-aci,... Sebuah sela diantara hidung dan mulut. Bu lek Yani langsung mengerti,... Lelaki itu hanya berpesan, sudah waktunya memilih anak panggung bagi dirinya, mohon disegerakan.

Malam itu bu lek Yani menggedor pintu kamar pak Mantono, sampai satu rumah terbangun. Untungnya,... Tak lama kemudian, pak Mantono keluar dengan pose seperti menggendong seorang anak kecil di depan tubuhnya. Mantono hanya berkata,

"Ki loh, ben tak uncalke anak panggung'e"

("Ini Iho, biar tak lemparkan anak panggungnya")

Mantono berpesan agar tidak ada yang mengikuti dirinya sementara dirinya pergi berjalan ke sungai,... Konon, tetangga pak Mantono yang tahu dan bisa melihat bila yang digendong pak Mantono adalah anak genderuwo. Terlihat dari tangannya yang panjang dan berbulu lebat seperti orang utan.

Mantono membawanya ke sungai, melemparkannya begitu saja.... Setelah itu beliau kembali masuk ke dalam kamar,... Namun, sebelum Mantono menutup pintu ia menyampaikan kepada bu lek Yani agar setelah maghrib, tidak ada anak kampung yang keluar rumah. Bu lek Yani pun menyampaikan hal ini.

la menyampaikan dari mulut ke mulut,... Namun, hanya ditanggapi oleh beberapa orang saja. Pasalnya, desa masih belum banyak dihuni

keluarga. Singkatnya, setelah meghrib masih ada anak-anak yang

keluar untuk menuntut ilmu mengaji di sekitaran lahan pabrik gula sebelah timur.

Ada dua anak lelaki, mereka terlambat pulang karena bermain di rumah temannya setelah mengaji. Langit sudah gelap diiringi hujan rintik,... Dengan berlari di atas tanah berlumpur mereka melewati jalan penghubung desa sebelum salah satu dari mereka berhenti ketika melihat seseorang.

Seseorang sedang berdiri dari kejauhan, ia melambaikan tangannya, memanggil-manggil mereka. Satu anak berteriak agar segera pulang dan jangan mendekati orang asing,... Namun, anak yang lain tampak penasaran, ia melihat dengan kaki berjalan mendekat.. Setapak demi setapak,...

Berusaha menghentikan kawannya, ia menarik paksa tangannya,... Namun, seperti tersihir, anak itu tak mau berhenti. Kini ia melihat ke tempat sosok itu berdiri sebelum melepas kain di wajahnya,... Saat itu lah anak itu sadar dengan cerita yang beredar, bajul putih seneng cah lanang (Buaya putih suka anak cowok).

Hujan masih turun, sosok itu tinggi sekali,... Kini ia membungkuk masih melambai-lambai,... Ketika dia tersenyum, sobekan mulutnya dari telinga ke telinga,... Anak itu mulai terlihat panik, antara bingung apa harus meninggalkan kawannya dan menyelamatkan diri,... Sebelum, guru ngajinya datang.

Anehnya, ketika guru ngajinya datang.... Sosok yang berdiri jauh itu lenyap, hilang. Sehingga anak itu tidak tahu harus menjelaskan apa kepada gurunya. Malam itu, mereka diantarkan pulang, sembari diberi pesan agar tidak mendekati sungai sampai lawit weton lewat, ada dayoh mampir.

Badan yang dulu subur, perlahan menjadi kurus kering. Dari lubang hidung dan ujung mata terus menerus mengalirkan darah segar, kedua kaki sudah tidak dapat menopang tubuh, sepanjang hari hanya dapat berbaring diatas tikar tipis. Itu adalah gambaran bagi yang bersekutu dengan Widuri.

Setiap hari, setelah langit menjadi gelap, hujan pasti turun. Dari jalan- jalan desa yang berlumpur, banyak sekali warga yang mengaku melihat orang-orang asing, berjalan sendirian dengan menutupi wajahnya menggunakan kain berwarna hitam pekat.

Tinggi mereka berbeda-beda setiap hari.

Sebenarnya, ketika hal janggal terjadi,... Orang desa sudah sangat paham, biasanya ini pertanda dari sesuatu yang sedang atau akan datang. Hal ini menyerupai bencana yang memang hanya orang tertentu yang bisa membacanya. Beberapa tetua berpendapat bila Mantono sudah berhenti menyembah Widuri.

Hanya tinggal menunggu waktu, ketika sekutu sudah menjadi musuh. Hal ini ditandai oleh matinya tujuh ekor sapi Mantono, dimana isi di dalam perut binatang itu terburai. Menghembuskan aroma bangkai yang menyengat.

Setelah tujuh ekor sapi, satu persatu dimulai dari usaha tambak ikan lalu merambat ke perkebunan pohon jati, semua itu perlahan-lahan menggerogoti harta Mantono. Puncaknya, ada seorang lelaki tua yang mengetuk setiap rumah penduduk, namun tak ada yang berani membukakannya.

la berkata,... Satu lagi anak panggung, maka desa ini tidak perlu menanggung teror yang lebih sinting. Karena waktu itu saya sendiri bisa merasakan, setiap sudut desa, seperti ada sesuatu yang mengawasi, bahkan anak-anak sengaja disembunyikan di dalam kamar orang-orang tua.


Anehnya, ditengah kekacauan yang semakin menjadi-jadi, tak ada satu pun orang yang melihat batang hidung Mantono,... Ia lebih banyak bersembunyi di dalam kediaman rumah besarnya,... Sampai, terdengar kabar seorang anak lelaki menghilang setelah buang hajat di sungai, menyisahkan potongan baju yang tersampir di jumbleng (tempat buang air besar di pinggir sungai),

Hingga saat ini tidak ada yang melihat dimana jasadnya ditemukan. Hal ini tentu saja membingungkan mengingat biasanya, buaya putih selalu mengembalikan jasad dari buruannya. Saat itu-lah, kemarah orang- orang sudah tak terbendung lagi.

Pagi buta, segelintir orang datang, mengetuk paksa rumah Mantono. Isterinya yang terkejut setelah membuka pintu hanya dapat diam saja sewaktu golongan orang-orang berbadan tegap itu melesat masuk. Mereka berteriak memanggil nama Mantono yang sekarang tak lagi di hormati di desa ini.

Sebelumnya hanya prasangka, namun sekarang orang-orang sudah semakin yakin, bila memang keluarga Mantono bersekutu dengan Widuri, salah satu yang dipercaya memegang sungai Be******

Dengan memaksa isteri Mantono, mereka semua berdiri di depan pintu kamarnya.

Mendobrak secara bergantian, sampai pintu kayu berwarna

kecokelatan itu mulai terbuka perlahan-lahan. Tepat ketika pintu itu sudah hancur, orang-orang terdiam mendapati isi dalam kamar Mantono yang dipenuhi benda-benda yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan orang-orang.

Mulai dari pring pethuk, sampai kaki kuda, semua lengkap tergantung di atas kamar Mantono. Sementara di tengah-tengah ruangan, mereka melihat Mantono terbaring dengan kondisi perut robek seperti dicabik- cabik,... Anehnya, Mantono masih bisa hidup dalam kondisi seperti itu. Isteri Mantono seketika berteriak histeris, sudah lama Mantono

mengurung diri di dalam kamar tanpa tahu kondisi yang terjadi. Siapa yang menduga bila ada bagian yang tidak pernah Mantono ungkap,... Lantas, melihat kejadian sinting itu, salah seorang tetangga mengusir semua orang keluar.

Orang-orang saling bertukar cakap, perihal apa yang baru saja mereka lihat,... Gemetar tangan mereka masih belum cukup menutupi ketakutan yang kini menyelimuti diri mereka. Para tetangga rumah memilih diam, sementara isteri Mantono hanya bersandar di tepi tembok saat pintu kayu ditutup.

Sebelum,... Dari luar rumah, seseorang melangkah masuk,...

Mengenakan sarung celana yang familiar,... Mantono berjalan dengan langkah kaki yang tenang, sembari seperti sedang menggendong sesuatu, ia berhenti sejenak.

Semua orang tampak terkejut melihatnya, termasuk isterinya yang gemetar.


Salah seorang dari mereka seketika membuka kembali pintu kamar Mantono,... Anehnya, dari atas tikar tipis tempat mereka semua melihat Mantono tadi tak ditemukan sosok Mantono yang tadi mereka lihat dalam kondisi tragis,... Hanya sebatang logam kekuningan menyerupai emas yang ada di sana.

Mantono pun tampak murka karena larangan yang dia buat tak

dihiraukan sama sekali termasuk dengan isterinya. Bahkan Mantono sempat mengancam akan memberi sesuatu yang sangat buruk kepada semua orang yang berani menginjakkan kakinya di rumah ini.

Isterinya ingin menjelaskan apa yang baru saja dirinya lihat perihal wujud Mantono yang dalam kondisi tragis,... Namun, Mantono menolak,... la lebih memilih masuk ke dalam kamar setelah melihat kerumunan tetangga satu persatu mulai keluar dari dalam rumahnya. Tanpa dia sadari, beberapa tetangga melewati tubuh Mantono sembari menutup hidung, karena saat itu tercium pekat aroma darah yang masih segar dari tubuh Mantono.

Entah apa yang baru saja mereka lihat, apakah mungkin gambaran Mantono kelak sudah diwujudkan oleh pesan yang baru saja mereka saksikan bersama-sama.

tujuh hari setelah kejadian pada malam itu, dari rumah tetangga Mantono tercium aroma kembang yang menyengat, diikuti suara lonceng gemericing,... Seorang wanita tinggi datang berkunjung dimana Mantono sendiri yang membukakan pintu, wanita asing itu harus menunduk untuk melewati pintu.

Lagi-lagi akan terjadi sesuatu,...

Namun, tidak ada warga yang berani lagi menyentuh keluarga Mantono,... Mengingat ancaman tempo hari yang Mantono katakan sudah merenggut korban, seorang pria tiba-tiba menjadi buta tanpa sebab yang jelas...

Buta yang bukan sembarang buta melainkan buta yang sengaja di buat oleh seseorang.

Sejak saat itu juga, Mantono tidak pernah lagi membuka warung yang menjadi cikal bakal hartanya selama ini,... Beliau seperti mengasingkan diri, menjauh dari masyarakat bahkan keluarganya sendiri.

Tapi, pernah ada yang memergoki Mantono pada pukul 1 dini hari,...

Mantono berlari keluar dari dalam rumah,... Menuju ke tepi sungai, sembari membawa buntalan yang dibungkus di dalam kain berwarna putih.

Tidak ada yang tahu apa isi buntalan itu, semua orang terlalu takut mencari tahu.

Namun, gara-gara ini, tersebar kabar bila buntalan itu konon di pendam di sebuah kebun pisang yang ada di tepi sungai, setelah melakukan hal itu Mantono lalu kembali pulang.

Hal ini dilakukan Mantono hanya pada hari-hari tertentu.

Pada suatu malam, isteri Mantono pernah terbangun dari tidurnya,... la mendengar suara-suara ribut yang berasal dari dapur,...

Dengan rasa penasaran yang tinggi, isteri Mantono berjalan hati-hati.... Berusaha tak menimbulkan suara sedikit pun, ia telusuri setapak demi setapak,... Hening sekali,

Sampai langkahnya terhenti ketika melihat seseorang berperawakan seperti suaminya, Mantono.

la sedang duduk menyantap sesuatu yang ada di atas meja dengan menggunakan tangan, ia cengkram apapun itu lalu melahapnya bulat- bulat,... Isteri Mantono, sedikit ragu, apakah benar itu beliau.

Dengan hati-hati, beliau memanggil Mantono seperti biasa, "Mas", katanya,

Sosok berperawakan seperti Mantono itu menghentikan gerakannya, ia tidak langsung menoleh,... Melainkan hanya diam saja, tak bergerak sedikit pun,... Menimbulkan kecurigaan, kenapa dengan suaminya ini. Isteri Mantono lantas mendekat, tiba-tiba tercium aroma amis seperti bau ikan sungai. Ketika jarak diantara mereka hanya terpaut beberapa langkah saja,... Saat itu, dalam gerakan yang cepat, Mantono yang sedang duduk, tiba-tiba menunjuk sesuatu yang ada di belakang wanita itu,...

Disana, didepan mata kepala isteri Mantono, ia melihat kedua anaknya, yang mbarep dengan yang ragil berdiri memandang beliau,... Wajahnya berlumuran darah,... Lalu dari belakang, sepasang tangan menutupi mata isteri Mantono, lalu terdengar bisikan,

"Ra popo iki wes perjanjian karo bjomu"

("Tidak apa-apa, ini salah satu perjanjian dengan suamimu"),

Gemetar sekujur tubuh Isteri Mantono waktu itu,... Namun, tidak ada yang dapat beliau lakukan, dengan langkah kaki perlahan sosok yang membekap isteri Mantono seperti ingin menuntun dirinya ke suatu tempat.



Dari sekitar tubuhnya, pakaian yang isteri Mantono kenakan terasa seperti ditarik-tarik oleh tangan-tangan mungil, sembari terdengar isak tangis yang meminta-minta tolong.... Suaranya sama persis dengan suara kedua anaknya, entah mereka benar-benar anak kandungnya atau bukan.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu berderit diikuti suara yang familiar, suara mengerang dari seseorang yang kesakitan,... Mata Isteri Mantono lalu dibuka sebelum sosok itu lenyap tak nampak lagi,... Tapi, Isteri Mantono justru tertuju pada pemandangan sinting yang ada dihadapannya.

Di atas karpet, Mantono tengah berbaring sembari menggaruk tubuhnya yang dipenuhi darah segar,... Tak hanya itu saja, dari dalam duburnya juga mengalir darah yang menggenang di atas lantai,... Tapi, yang paling mengerikan dari semua ini ialah perut Mantono yang menyerupai wanita hamil.

Mantono terus mengerang, berteriak-teriak, sembari mencakar sekujur tubuhnya,... Saat dari balik sarung yang menutupi bagian bawah keluar sesuatu yang menggeliat. Tak lama kemudian perlahan-lahan perut Mantono mengecil,... Isterinya, menatap ke sosok yang masih menggeliat dibalik sarung kain.

Mantono yang mulai bisa mengendalikan dirinya, sontak terhenyak ketika melihat sosok isterinya berdiri di muka pintu,... la lantas berteriak kepadanya,

"BANGSAT!! Minggat kowe, ojok sampe bayi'ne demit iki ndelok sirahmu",

("Bangsat!! Pergi kamu, jangan sampai bayi demit ini melihatmu")

Isteri Mantono masih diam, tercengang di muka pintu,... la ingin melihat sosok dibalik kain sarung tersebut,... Namun, Mantono menghalangi. la berdiri, menunjukkan bagian bawah yang sudah tak terlihat lagi seperti manusia,... Kulitnya mengelupas dengan daging mengagah, Mantono menutup pintu.

Terdengar geraman tak seperti manusia,... Isteri Mantono hanya diam, tubuhnya seperti mendadak lumpuh,...

Apa yang baru saja dia lihat tidak akan pernah bisa beliau lupakan, satu persatu misteri yang Mantono sembunyikan seperti menyeruak naik.

Namun, beliau tak dapat melakukan apa-apa,...

Setelah lama hanya bisa diam di depan pintu, Mantono melangkah keluar,... Di dadanya ia merengkuk buntalan kain berwarna putih.

Isteri Mantono menatap suaminya, wajahnya masih tampak murka,... Namun, perlahan mulai melunak, sembari mendekat,... Mantono berbisik,

"Pitung kelahiran maneh"

("Tujuh kelahiran lagi")

Lalu Mantono pergi, berlari keluar rumah....

Isteri Mantono masih begitu penasaran dengan apa yang sebenarnya suaminya sedang lakukan,... Perlahan-lahan, beliau berlari mengikuti.... Tanpa alas kaki, ia menyusuri jalan setapak menuju tepi sungai yang dipenuhi semak belukar,... Gelap, sunyi...

Di antara pohon-pohon pisang, isteri Mantono melihat suaminya sedang menggali sesuatu di tanah,... Tak lama kemudian, ia lemparkan buntalan itu ke dalamnya, menguburnya di sana,... Mantono lalu bergegas menuju kandang ternak miliknya, menarik paksa seekor kambing muda.

la ikat kambing itu tepat di dekat gundukan tanah, sebelum Mantono memukul kepalanya menggunakan bongkot bambu, sampai binatang itu tersungkur, sekarat dengan tubuh tumbang,... Mantono mengambil parang lalu menggorok lehernya, ia meneteskan darah tepat di atas gundukan tersebut.

Setelahnya, Mantono duduk berlutut seperti orang berdoa,.... Sebelum, pandangan matanya beralih melihat kearah isterinya yang bersembunyi di salah satu pohon pisang.... Tersentak karena Mantono tahu keberadaannya, dia mendekat dengan parang dimana darah masih menetes dari ujungnya.


Wajah manusia Mantono seperti terkikis,... Isterinya sudah tidak menemukan sosok Mantono yang dulu beliau nikahi karena pada

malam itu gambaran gelap benar-benar sudah menyelimuti suaminya.

Mantono pergi dengan parang yang masih berlumurkan darah kambing yang baru saja dia penggal.

Dia meninggalkan isterinya sendirian yang masih diselimuti banyak sekali pertanyaan, wanita itu hanya diam mematung di bawah pohon pisang.

Diterpa angin yang berhembus, isteri Mantono tergerak menoleh melihat ke liang lahat tempat Mantono tadi menguburkan sesuatu.

Genangan darah pada segunduk tanah dengan bangkai seekor kambing terkapar di atasnya membuat tubuh wanita itu begidik ngeri,... Namun, rasa penasaran yang sudah menyeruak di dalam dirinya menggelitik Isteri Mantono untuk mendekat.

Di dalam kepalanya, ia hanya ingin melihat ini semua.

Dengan langkah hati-hati, wanita itu lalu berlutut sebelum

menyingkirkan bangkai binatang malang tersebut,... Dengan batu yang dia temukan, isteri Mantono mulai menjajaki gundukan tanah,

membongkarnya dengan tangan kosong.... la benar-benar ingin melihat apa yang suaminya lakukan di sini.

Tanah yang berwarna kehitaman itu mulai tersingkap ketika dia mulai mengeruk dengan kondisi yang seadanya.

Usahanya membuahkan hasil ketika akhirnya terlihatlah buntalan kain berwarna putih kusam tersebut yang terkubur jauh di dalam liang lahat.

Sejenak, isteri Mantono terlihat ragu.

Tapi semua berubah ketika teringat dengankejadian yang baru saja menimpa dirinya,... Dengan berbekal perasaan nekat, IsteriMantono meyakinkan dirinya bila tidak ada lagi waktu untuk mundur, maka denganketerpaksaan dia harus menuntaskan keingintahuannya.

la mulai merobek kain itu.

Aroma busuk dan bau anyir darah seketika tercium dari dalam buntalan kain kusam tersebut, membuat isteri Mantono memalingkan muka.... Namun keingintahuannya sudah tak terbendung lagi, la paksakan diri untuk melihat apa yang ada di dalamnya.

Seketika itu juga wanita itu langsung diam.

la langsung terdiam begitu tahu apa yang ada di dalamnya.

Sebentuk wujud dari gumpalan daging berwarna putih pucat dengan lendir serta genangan darah kental yang menyelimutinya. Isteri

Mantono mencoba mencari tahu maka ia robek lebih lebar lagi kain itu, dan ketika ia menyentuhnya.

Isteri Mantono hanya dapat memandang gelisah benda itu sembari bergerak merangkak mundur,....

Sensasi itu, isteri Mantono pernah merasakan sensasi menyentuh yang seperti ini,... Urat dari segumpal daging yang baru dirinya sentuh menyerupai rupa dari gumpalan daging janin ketika lahir.

Tapi, janin mana yang memiliki rupa perangai seperti buaya.

Maka, kejadian ini membuat isteri Mantono terjerembab jatuh, tergulung tanah di tepian sungai b**a*ta", dan ketika wanita itu terbangun dari tempatnya, ia dibuat terhenyak ketika menyaksikan puluhan gundukan lain dengan bangkai kambing di atasnya.

Sejak kejadian itu, tidak ada lagi ketenangan di dalam hidup isteri Mantono,... Setiap hari ia diliputi ketakutan, bahkan ketika malam datang dan tiba-tiba Mantono melangkah masuk ke dalam kamar, ada kengerian tersendiri yang merujuk kepada suaminya.

Mereka tak lagi saling berbicara.

Pada suatu waktu,... Isteri Mantono sedang berkunjung ke warung kupang yang konon dia percaya sebagai sumber penghasilan utamanya. Warung sedang ramai dipenuhi oleh orang bermobil yang tentu menjadi pemandangan yang biasa,... Namun, ada satu titik dimana tiba-tiba beliau memilih berdiri di dapur mengawasi karyawati yang bertugas menjaga warung ini...

Dan entah kenapa ada setitik perasaan bila pekerja yang mengurus warungnya sejak laki-laki itu tak lagi mau kesini, bersikap aneh. Beberapa kali mereka tampak berbisik dengan wajah gelisah.

Membuat Isteri Mantono menjadi curiga.

Dengan bersikap pura-pura tidak tahu, Isteri Mantono berjalan pergi sebelum kembali saat itu juga ketika dia mendapati salah satu karyawatinya menuangkan sesuatu ke dalam panci dari sebotol air berwarna merah kental.

Isteri Mantono seketika mendekat lalu bertanya benda macam apa yang baru saja dia masukkan,... Gadis muda itu tampak kebingungan,

beberapa kali ia melihat kearah temannya yang terus menggelengkan kepala,... Lantas Isteri Mantono lalu memaksa lebih keras agar gadis itu mengatakannya.

Dengan wajah nyaris menangis, gadis itu membisikkan sesuatu kepada Isteri Mantono yang membuatnya kemudian menggulingkan isi di dalam panci,... Seketika detik itu juga, ia menutup Warung tersebut, mengusir semua orang, lalu pergi pulang.

Di dalam kediamannya, wanita itu semakin gelisah,... Banyak yang tidak dia ketahui dari suaminya,... Beberapa kali perasaannya semakin menjadi-jadi ketika melihat wajah anak-anaknya,...

Ssampai, ia tiba-tiba melihat Mantono memandang dirinya, ia baru saja keluar dari dalam kamar pribadinya.

Wajahnya tidak dapat ditebak sama sekali, denganhanya mengenakan sarung yang menutup bagian bawah tubuhnya, Mantono kemudianmengatakannya.

"Cah wedok iku sek tas mati, kecelakaan, iki mergo awakmu dek, kowe ra usah melu urusanku. Ngerti"

("Anak perempuan itu baru saja meninggal, tewas dalam kecelakaan. Ini semua karena kamu dek, kamu tidak perlu ikut urusanku. Mengerti!")

Malam itu, Isteri Mantono tidak dapat tidur,... Karena sejak tadi, di sudut kamarnya,... Gadis, karyawati yang baru saja tewas berdiri di sana, menatapnya.

Kegilaan ini semakin memberangus mental isteri Mantono, semakin hari beliau bertambah gelisah,... Selain itu, satu persatu pekerjanya mengalami sesuatu yang ada di luar nalar,... Usaha las besi yang dimilikinya tiba-tiba mengalami kebakaran hebat, binatang ternak mati mendadak.

Hal ini membuat wanita itu terus berteriak di luar kamar Mantono,... la menjerit bila semua ini akibat ulah Mantono bukan dirinya,...

Namun, setiap kali Mantono keluar dan berkata hanya tinggal dua lagi, isterinya semakin marah,... Puncaknya, hari itu dengan membawa anak- anaknya, ia pergi.

Kepergiannya ini menjadi puncak segalanya. Karena siapa yang

menduga bila selama ini, diluar perkiraannya. Sejauh apa langkah Mantono melakukan hal sinting ini, didasari rasa ingin memberi untuk keluarganya, meski harus mengambil yang bukan menjadi hak miliknya.

Malam itu, Mantono disambang oleh sosok dayoh yang selama ini memikulnya. Widuri datang meminta imbalan, akhir dari segala perjanjian Mantono harus segera dilunasi, lawit weton belum lewat namun Mantono sudah harus menanggung akibatnya.

Lebih dari berhari-hari, seputar kabar bila Mantono ditinggal pergi oleh Isteri dan anak-anaknya semakin santer terdengar. Namun,... Anehnya, sampai saat itu, warga kampung atau para tetangga dekat Mantono, tidak ada yang pernah melihat dirinya lagi.


Tidak hanya itu saja, kejadian malang seakan tidak ada habisnya datang... Satu persatu usaha yang kini dijalankan oleh saudara dekat Mantono menemui kendala. Dimulai dari rumah makan, usaha las besi, sampai peternakan ayam dan kambing yang dimiliki, binatang-binatang malang itu tiba-tiba saja mati tanpa ada alasan yang jelas,...

Anehnya, belum ada berjam-jam sejak kematian binatang tersebut aroma bangkai seketika langsung tercium dari bangkai binatang- binatang itu. Hal ini tentu membuat warga kampung mulai bergunjing. Keluarga dekat Mantono juga mulai merasa bila ini adalah pertanda datangnya kabar buruk ke keluarga mereka. Saudara-saudara dekat Mantono yang dulu abai dengan dirinya namun tiba-tiba perduli ketika Mantono mendadak menjadi orang yang kaya raya mulai merasa ketakutan.

Ketakutan kalau nanti harus kehilangan sumber uang dari Mantono, mereka sama sekali tidak berpikir darimana datangnya semua harta itu. Mbah Nuh, seorang laki-laki tua, salah satu dari saudara kandung isterinya lalu datang menemuinya, ia membujuk wanita itu agar mau pulang.

Di sana, la menceritakan tentang keadaan rumah Mantono yang kini terlihat jauh lebih mencekam. Rumah berlantai tiga itu seperti sarang setan, karena baru menginjakkan kaki di lantainya saja, hembusan angin seperti menyapu tubuhnya, membuat sekujur badan laki-laki tua itu gemetar.

Tidak hanya itu saja, Mbah Nuh tidak pernah lagi melihat Mantono keluar dan menampakkan dirinya di dalam rumah itu.

Menurut kesaksian mbah Nuh, sebenarnya beliau sudah pernah mencoba untuk mengetuk pintu kamar Mantono,... Namun, ada sesuatu yang janggal terjadi.

Dari dalam kamar Mantono seperti terdengar ramai suara orang yang sedang tertawa diiringi suara-suara kending gendang serta tabuhan gamelan seolah-olah di dalam kamar Mantono yang tidak seberapa luas itu sedang diadakan sebuah pesta rakyat yang begitu meriah.


Mbah Nuh sebenarnya sempat tergiur untuk membuka pintu kayu itu agar dirinya bisa melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan adik iparnya ini. Namun, belum juga membuka pintu, dari seberang ruang dapur, tiba-tiba terlihat wajah adik kandungnya yang sedang berdiri menatap kosong.

Tahu itu bukan adik kandungnya, la memilih untuk pergi.....

Benar saja, baru berjalan beberapa langkah, sosok adiknya kini didampingi dua anak laki-laki,... la berdiri tepat di depan wanita itu. Hanya saja, tubuh mereka terlihat pucat, seperti sudah lama terendam di dalam air.

Isteri Mantono lalu menceritakan perihal apa yang Mantono lakukan dan laki laki tua itu hanya bisa diam sembari tak percaya dengan apa yang baru saja dirinya dengar. Namun, adiknya tidak pernah berbohong kepadanya. Maka, hari itu juga beliau masih membujuk agar wanita itu pulang.

Mbah Nuh berjanji akan menemani adiknya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan Mantono.

Malam itu, setelah menitipkan anak-anaknya ke kerabat dekatnya yang lain, mereka bergegas menuju ke rumah, tempat dimana semua ini dimulai.

Benar saja, baru saja membuka pintu, mereka disambut suara langkah kaki dari anak-anak kecil yang sedang menapaki anak tangga.

Tidak hanya itu saja, dari bagian dalam rumah tercium aroma bangkai dari binatang. Aroma sama yang pernah isteri Mantono cium ketika mengikuti dirinya.

Isteri Mantono terus menyusuri lantai rumah yang semakin lama terasa semakin dingin, diikuti mbah Nuh yang berjalan dibelakang. Sampailah mereka di depan pintu kamar Mantono tempat dimana la benar-benar mendengar kending dan ketukan gamelan terdengar dari dalam kamar.

Beliau menyentuh handle pintu, memutarnya perlahan lalu mendorong pintu kayu,... Sebelum, Isteri Mantono menyadari sesuatu yang janggal dengan sosok mbah Nuh.

Diatas bibir laki-laki itu, Isteri Mantono tidak menemukan aci-aci (filtrum) yang pada umumnya dimiliki oleh manusia normal.

Yang terjadi selanjutnya adalah,...

Isteri Mantono terperanjat mundur sebelum la melihat kearah

suaminya, Mantono, yang selama ini lenyap berhari-hari sedang dalam posisi tengkurap di atas tikar kamar. Disitulah fakta mengenai keadaan suaminya terlihat di depan matanya.

Tubuh Mantono terbujur dengan tulang belakang menonjol keluar, rambut Mantono yang dulu panjang rontok sampai menyisahkan batok kepala dengan wajah yang hanya bisa melihat kearah bawah,... Dari anusnya, Mantono terus menerus mengeluarkan darah sampai lantai keramik itu dipenuhi genangan.

Seperti Isteri pada umumnya yang menyaksikan suaminya sendiri dalam kondisi mengenaskan seperti itu,... Ia hanya bisa diam, sebelum badannya menghantam lantai karena kedua kakinya tidak sanggup lagi menahan beban tubuhnya setelah melihat pemandangan mengerikan seperti itu.

Saat itu-lah, Isteri Mantono baru saja menyadari, rupanya sejak tadi Mantono sedang mencoba berkomunikasi dengan dirinya,... la berusaha merangkak mendekati dirinya,... Namun, gerakannya janggal seakan tubuhnya kesulitan untuk bergerak. Mantono berusaha mengatakan sesuatu kepadanya.

Tidak punya pilihan lain, wanita itu lalu mendekati Mantono,... Mencoba bertanya apa yang sedang coba dia sampaikan. Ketika Mantono

membuka mulutnya, la tahu, keadaan suaminya lebih tragis dari apa yang dia bayangkan, lidahnya membusuk dengan gigi tergemeletak di- sana sini.

Mantono hanya dapat bersuara dengan parau seperti suara dares (burung hantu), kulit-nya pucat mati seperti selama ini ditenggelamkan di dalam air.

Ditengah kegilaan yang menimpa mereka,... Saat itu-lah, wanita itu lalu menyadari kalau rupanya sejak tadi Mantono hanya ingin "MATI!!".

Semalaman, berbekal kursi yang Isteri Mantono dorong ke dalam kamar, la hanya duduk, melihat tubuh suaminya mengejang dan terus mengeluarkan darah dari lubang anusnya. Ia sudah meminta tolong saudara-saudaranya untuk menjemput seseorang, la tahu bagaimana semua ini harus diakhiri.

Ramai warga yang datang pada hari itu, tapi hanya segelintir orang yang boleh masuk ke dalam rumah. Mereka yang tahu tidak boleh

menceritakan perihal keadaan Mantono. Seseorang yang datang pun hanya dapat duduk menutupi tubuh Mantono yang masih hidup dengan selembar kain.

"Sing wes mati kudu digolekno pangapurane tekan getih

saketurunane, mari iku baru omah iki isok dipasak ben gak merambat nang anak-anakmu"

("Yang sudah mati harus dicarikan pintu permohonan maafnya dari darah keturunannya, setelah itu baru rumah ini bisa dikunci biar tidak menjalar ke anak-anakmu")

Kata-kata itu didengar oleh ketua RT, dan perwakilan warga,... Setelah itu baru-lah mulai dicari satu persatu orang yang ditulis di dalam selembar kertas tempat orang itu mendapat bisikan dari Mantono yang sepanjang hari meraung dengan suara parau. Pria itu seperti seonggok daging busuk.

Meski tidak semua berhasil ditemukan,... Namun, beberapa orang yang menjadi wakil dari korban Mantono datang. Disitu, isteri Mantono sampai hati harus bersujud memohonkan maaf untuk suaminya. Konon, dari mata mereka, wujud Mantono sudah tidak terlihat seperti manusia, melainkan buaya.

Setelah itu,... Baru lah dibantu oleh warga, Mantono disandarkan pada pintu kayu kamarnya yang rupanya menjadi perantara dirinya dengan yang memegang sungai B*R**T**. Berbekal pasak dari batang bambu yang dibuat setajam pisau, bagai pasak, benda itu menancap pada daging tubuh Mantono.

Kaki-nya tidak boleh menyentuh lantai, sementara dari lubang Anus Mantono, tak lagi mengalirkan darah. Selama dua hari dua malam, pintu kayu ditutup, Mantono dijaga bergantian oleh beberapa orang yang sebelumnya bersumpah sanggup melihat apapun..

Beberapa orang keluar dari kamar dalam keadaan muntah, mereka berkata tidak sanggup melihat seonggok daging Mantono dicabik-cabik bersama dengan korban-korban yang sebelumnya menjadi korban Pesugihan Ngunduh Artha,... Tak hanya itu, daging para korban dilahirkan lagi dari Anus Mantono.

Begitu seterusnya.....

Namun, tubuh manusia Mantono memiliki batasan,... Ketika janji kelahiran terakhir bila Mantono bisa menyelesaikannya adalah tipu daya mereka, Mantono sudah tidak bisa lari. Inilah tanggungan besar yang lebih mengenaskan dari mati biasa.

Tubuh Mantono akhirnya benar-benar mati tepat pada tengah malam dengan menyemburkan aroma yang lebih busuk lagi,... Detik itu juga, laki-laki paruh baya itu akhirnya dikuburkan dengan seluruh benda miliknya di-bakar habis.

Lantas, pemilik sungai masih meminta janji anak-anak Mantono,... Sebagai ganti dari semuanya, setengah rumah berlantai tiga itu harus dijual. Ada alasan kenapa harus setengah rumah bukan keseluruhan,,... Rupanya hal itu dilakukan sebagai pemutus perjanjian yang dulu Mantono tawarkan.

Sebelum Mantono benar-benar mati, raga dan sukmanya, la memberitahu bila seluruh hartanya akan terus menerus mengalir dikehidupan keluarganya sebagai gantinya bila Mantono tidak sanggup memenuhi perjanjian,... Nyawa anak-anaknya menjadi jaminan,.... Tetapi, hal ini sekaligus menjadi jalan keluar,...

Bila seluruh harta Mantono pun akan habis oleh sesuatu yang tidak lazim, ternaknya mati tanpa sebab, rumah makannya sepi tak lagi berpengunjung, bisnis lain sama saja, hanya tinggal rumah besar ini yang tinggal menunggu waktu untuk diminta,...

Bila saja tempat ini dijual, maka uang hasil penjualan rumah ini tetaplah dalam perjanjian,... Namun, tidak bila setengahnya dibeli lalu dimiliki oleh orang lain.

Lewat nasihat dari orang yang membantu Mantono mati, untuk menjual setengah rumah ini kepada seorang keluarga korban santet,...

Yang mana, akan memiliki peran khusus yaitu membebaskan isteri dan anak-anak Mantono,.... Maka, rumah itu dijual setengahnya, yang paling kentara adalah bekas kamar Mantono kini dimiliki oleh sebuah keluarga lain, dan semenjak itu perjanjian ini seketika berakhir.

Kini, sampai detik ini, rumah besar itu telah ditinggali oleh dua keluarga tanpa ikatan darah. Sesuatu yang janggal memang bila tidak tahu menahu sejarahnya. Rumah itu berada tepat tidak jauh dari rumah saya.

Sementara, beberapa tetangga mengaku beberapa kali pernah

diperlihatkan oleh sosok pria berwujud Mantono yang kadang muncul dari dalam sungai,... Hal yang janggal adalah, Mantono yang ini, tak memiliki aci-aci (filtrum) diatas bibirnya.

***

TAMAT

****


Source By : SimpleMan Story