PERANG LINTRIK
Ada yang tahu tentang Lintrik?
Sepertinya masih banyak yang belum tahu ya?
Kita bahas ini ya malam ini, gimana?
Cerita ini mungkin tidak menakutkan bagi beberapa orang, tapi, akan menjadi mimpi buruk bagi mereka atau keluarga mereka yang pernah mengalami atau bersinggungan dengan Lintrik,... Karena, Lintrik
memiliki sejarah yang tidak kalah gelap dari banyak ilmu hitam yang pernah diciptakan.
Pada beberapa daerah Jawa Timur, Lintrik memiliki nama-nama yang berbeda satu sama lain, pun dengan ritual pengikutnya juga berbeda.
Sekarang, Lintrik darimana yang ingin kalian tahu, Lintrik daerah Tapal Kuda, atau Lintrik dari daerah Weleng??
Baiklah, terkhusus malam ini, kita ke Tapal Kuda saja ya,... Salah satu Lintrik yang paling sulit untuk dideteksi bahkan oleh mereka yang mempelajari ilmu spritual.
Sebelumnya, Lintrik memang terlihat seperti pelet, namun, entah kenapa saya merasa Lintrik ini lebih licin.
Sebelumnya saya minta maaf ya kalau malam ini nulisnya sedikit lama, bukan karena ketikan saya yang melambat tapi karena daerah tempat saya menetap sementara ini memiliki jaringan yang bikin saya ngomong kotor sejak sore, alias, susah sinyal di sini.
***
17 tahun yang lalu, saya pertama kali mendengar tentang Lintrik,... itu pun saya sebenarnya mencuri dengar dari pembicaraan antara nenek saya ketika berkunjung ke rumah.
Singkatnya, beliau sedang menceritakan tentang salah seorang tetangganya yang konon menggunakan ilmu pengasihan ini.
Semua dimulai ketika malam datang....
Waktu itu, desa tempat nenek saya tinggal masih dihuni oleh segelintir keluarga saja. Jarak antara satu rumah ke rumah lain cukup jauh dan biasanya dipisahkan oleh tanah kosong atau orang jawa biasa
menyebutnya dengan "barongan"
Singkat cerita,....
Salah seorang kepala keluarga, sebut saja beliau dengan nama pak Mantri,... la baru selesai dari ladang, la berniat untuk pulang dengan sepeda perang miliknya. la tak menduga kalau hari sudah menjadi gelap, akibat tertidur pulas di gubuk setelah seharian bekerja.
Pak Mantri mengayuh sepedanya sendirian,... Dibawah pohon-pohon besar dan tinggi, ia tampak bersiul-siul mengusir sepi yang perlahan mulai menganggu dirinya,... Entah kenapa malam itu terasa lebih dingin dari biasanya.
Di sepanjang perjalanan, rumah-rumah sudah tertutup rapat.
Tak ada satu orang pun yang pak Mantri lihat,... Maklum saja, saat itu, tak banyak orang yang mau beraktifitas pada malam hari.
Pak Mantri mengayuh terus sepedanya, hingga ia akhirnya sampai di persimpangan jalan. Pak Mantri sempat berhenti untuk berpikir, sampai akhirnya beliau memutuskan untuk mengambil jalan pintas,...
Yaitu, sebuah jalan kecil yang diapit dua ladang pisang yang mengarah langsung ketanah kuburan.
Meski terdengar menakutkan,... Namun, pak Mantri bukan tipikal orang yang penakut, karena toh, dikuburan tidak ada apa-apa kecuali orang mati.
Dari kejauhan pak Mantri mulai melihat bayangan pohon kamboja diikuti siluet rumah penduso,.. Pak Mantri masih begitu tenang mengayuh sepeda, tak ada sedikit pun pikiran yang aneh-aneh mengenai tempat tersebut.
Sampai, tanpa ada sebab yang jelas rantai sepeda pak Mantri tiba-tiba terputus.
Lelaki paruh baya tersebut sempat mengumpat "T*IK", karena meski jalan ini adalah jalan pintas,... Namun, butuh waktu 15 menit berjalan kaki untuk sampai ke rumah ditambah lagi pak Mantri harus mendorong sepeda perang ini.
Maka, lelaki itu pun akhirnya pasrah.
la tuntun sepeda perang tersebut sendirian,... Namun, sejenak ketika pak Mantri tepat berada di depan gerbang kuburan, pak Mantri sempat berhenti sebentar akibat mencium aroma dari bau kemenyan yang entah darimana datangnya,... Tiba-tiba rasa penasaran yang ada didalam dirinya membuncah.
pak Mantri sontak menyandarkan sepeda perangnya dibalik bangunan Penduso, sembari memasang indera penciumannya, pak Mantri mulai mencari darimana sumber aroma bau kemenyan tersebut, karena sejujurnya hal ini janggal bagi dirinya. karena sudah lama ia tak mendapati hal seperti ini
Singkat cerita, setelah mencari darimana sumber aroma kemenyan tersebut, pak Mantri terhenti sewaktu melihat pada salah satu makam yang berada ditengah perkuburan terdapat kendi pulung yang mengepulkan asap dengan taburan bunga tujuh rupa. Pak Mantri tampak keheranan, sebelum, ia tersadar,...
la tersadar, bila tak jauh dari tempatnya sedang berdiri terlihat bayangan seseorang sedang berjalan mengitari area perkuburan,... Pak Mantri seketika bersembunyi di semak belukar sambil berjalan
mengendap-endap agar ia tahu apa yang sebenarnya terjadi di tempat
ini.
Semakin pak Mantri mendekat pada sudut paling jauh perkuburan, aura dingin seperti menelusup merasuk ke dalam tubuhnya,... Tak hanya itu saja, pak Mantri mendengar suara gumaman yang janggal, seperti seseorang yang sedang berbicara namun dengan bahasa yang aneh.
Pak Mantri hanya bisa bersembunyi sambil mengamati situasi,... Di dalam hatinya ia berkata bila suara yang dirinya dengar tak lain adalah suara dari seorang wanita,... Namun, terbesit sebuah pertanyaan apa yang dilakukan oleh seorang wanita pada malam hari seperti ini di area perkuburan.
Lelaki paruh baya itu menunggu,... Karena ia tahu, sejak tadi sosok tersebut seperti berjalan mengitari kuburan ini terus menerus sembari menggumamkan kalimat yang tak beliau mengerti,... Maka, manakala sosok itu mulai perlahan berjalan mendekat, pak Mantri memandang lekat-lekat.
Betapa terkejutnya beliau, karena yang pak Mantri lihat pada malam itu adalah seorang wanita yang dirinya kenal,... Salah satu tetangga yang rumahnya tak jauh dari tempat tinggalnya. Namun, yang membuat pak Mantri tak dapat berkata-kata adalah, wanita itu dalam kondisi telanjang bulat.
Tanpa sehelai benang yang menutupi tubuhnya, wanita itu terus saja berjalan tanpa sadar dengan kehadiran pak Mantri. Ia terus melangkah sendirian, memutari area perkuburan,... Kedua kaki-nya merah akibat dingin dan tandusnya tanah kuburan, sampai pada satu titik, tiba-tiba ia berhenti.
la berhenti begitu saja,.... Sebelum, kepala wanitaitu berputar melihat pak Mantri dengan wajah yang hancur.
Mata, hidung, sampai kulit wanita itu hitam seperti bekas orang yang terbakar,... Sosok itu terus melotot ke tempat pak Mantri menunduk bersembunyi. la tahu, dirinya dalam bahaya.
lalu apa yang pak Mantri lakukan?
Beliau tau, wujud yang menatapnya saat ini bukanlah wujud dari wanita yang merupakan tetangganya tersebut,... Karena pada dasarnya, sejak pak Mantri melihat wanita itu telanjang dan mengitari kuburan ia sudah tau bahwa ini adalah syarat ritual Lintrik.
Lintrik hayang mamedi,....
Pak Mantri atau pun tetangganya saat ini, kedua-duanya sedang dalam bahaya,... Bila mereka saling mengetahui, hanya tinggal masalah waktu untuk mereka sebelum kemalangan menyambangi diri mereka masing- masing.... Maka, pak Mantri mencoba untuk tetap tenang.
Singkatnya, setelah wanita itu berada di sudut lain, pak Mantri bergegas meninggalkan kuburan, berharap ia masih belum menyadari
kehadirannya,... Dengan langkah perlahan-lahan, pak Mantri menuntun sepedanya, menjauh dari tempat itu.
Pak Mantri sadar,... Saat ini, sepeda yang ia tuntun terasa lebih berat jika dibandingkan ketika tadi sebelum tahu perihal apa yang dilakukan tetangganya. Maka, disela langkah kaki pak Mantri menuntun sepeda, ia menoleh dan mendapati pada boncengan sepeda miliknya tengah duduk si wanita.
Wanita itu hanya diam, pandangan matanya lurus kedepan seakan tak memiliki ekspresi sedikit pun,... Dari dekat, wujudnya lebih menakutkan lagi ditambah aroma busuk yang tercium dari dalam tubuhnya yang hitam,... Namun, pak Mantri tetap sabar, menuntun sepeda miliknya sampai di depan rumah.
Isteri pak Manti sempat menegur beliau, kenapa baru pulang.... Pak Mantri tak menjawab, ia langsung masuk ke rumah dengan tubuh gemetar hebat,... la sadar, tak boleh ada satu pun orang yang tahu perihal ini.
la menimba air sumur dengan wanita itu mengikuti diri-nya.
Bahkan ketika pak Mantri tidur tepat disampingisterinya, sosok wanita itu masih berdiri disampingnya,... Kadang, menundukmelihat wajah pak Mantri dari dekat.
Sesekali, isterinya terbangun bertanya perihal aroma bangkai tikus yang dirinya cium, pak Mantri tetap saja diam.
Pak Mantri berusaha setenang mungkin menghadapi gangguan jin yang sudah dipanggil oleh tetangganya ini,... Terbesit satu pertanyaan dalam benaknya, pada siapa tetangganya ini ingin menjatuhi Lintrik ini.
Karena saat ini, hanya pak Mantri yang sadar bila pengilmu-nya tidak sesempurna itu.
Kelak, hanya pak Mantri-lah yang sadar dan tahu perihal ilmu pengasih
ini.
Karena cerita utama tentang Lintrik ini, baru dimulai.
Wanita itu dikenal sebagai kembang desa, tak ada satu-pun laki-laki yang tak memuji dirinya,... la dikenal baik, sopan dan menghormati orang-orang tua,... Namun, dibalik pintu rumahnya, setiap malam, ia menduduki kitab-suci, hanya untuk menjampi laki-laki yang sejak dulu ia ingin perbudak.
Sudah berpuluh kali laki-laki yang datang kepadanya, melamar dengan harta benda yang mereka miliki,... Namun, tak ada satu pun yang dia terima. Akhir dari laki-laki malang tersebut adalah, menjadi gila atau berakhir di tiang gantung.
Namun, akhir penantiannya tiba ketika yang dia incar tergoda.
la menundukkan seorang suami yang sudah memiliki isteri dengan tiga anak yang masih kecil, dan yang membuat orang-orang tak habis pikir adalah, lelaki yang ia tundukkan tak lain adalah tetangganya sendiri....
Kecantikan yang selalu di puji oleh orang-orang, berbeda dengan apa yan dilihat oleh pak Mantri.
Karena di matanya, kulit tubuh wanita itu membusuk seperti jenazah yang sudah lama dikuburkan.
Perihal masalah yang sudah dia timbulkan, pak Mantri berkunjung ke rumahnya, di-sana dia menemukan jin yang menyerupai wujud si wanita sedang menyeringai kepadanya.
Nama wanita itu Ajeng.
Ketika pak Mantri sedang duduk, Ajeng datang dengan membawa segelas kopi hitam kesukaannya.
Pak Mantri masih tertuju pada sosok jin yang menyerupai wujud Ajeng, sampai akhirnya wanita itu menegur dirinya.
"Monggo pak, diunjuk riyen"
("Silahkan pak, diminum dulu")
Pak Mantri hanya mengangguk, dilihatnya segelas kopi itu, tak terbesit di dalam kepalanya untuk mencicipinya,... Sebaliknya, pak Mantri
datang kesini untuk menasehati Ajeng.
"Aku kenal kowe ket jabang bayi sampe gede ngene loh nduk"
("Aku mengenal kamu dari janin sampai sebesar ini")
"Opo sing bakal kowe lakoni, ojok!! Ojok diterusno yo!! Mergo kowe gak ngerti, sing ireng biasane berakhir elek!!"
("Apa yang akan kamu lakukan, jangan!! Jangan dilanjutkan ya!! Karena kamu tidak tau, yang hitam biasanya berakhir buruk") kata pak Mantri, namun, Ajeng hanya tersenyum sinis
Wanita itu tak menggubris apa kata pak Mantri,... Sebaliknya, ia
merebut gelas kopi milik beliau yang sejak tadi tak disentuh di atas meja,... Dengan sekali guyur, kopi hitam itu terbuang di atas lantai dan betapa terkejutnya beliau saat melihat di dalam gelas tersebut ada kelabang didalamnya.
Ajeng lalu berkata dengan nada suara yang lembut,
"Bapak ra sah melu-melu urusane wong ya, mantuk, sakaken ibuk"
("Bapak tidak perlu ikut campur ya, pulang saja, kasihan loh ibu"),
Menanggapi itu, pak Mantri seketika tahu apa maksud Ajeng, terlebih jin yang sejak tadi dia lihat lenyap.
Pak Mantri seketika berlari pergi dari rumahAjeng, betapa terkejutnya beliau mendapati Isterinya dalam kondisi baru sajajatuh disamping sumur,... Dari keningnya terus mengucurkan darah, pak Mantri seketikamengangkat tubuhnya.
Ajeng benar-benar sudah sinting.
Singkat-nya,... dua bulan setelah hari itu, pernikahan Ajeng dengan tetangganya berlangsung, meski dilangsungkan secara diam-diam karena menjadi pergunjingan para tetangga,... Namun, tak ada yang berani menyentuh Ajeng, bahkan si Isteri sampai dibikin sakit tak bisa sembuh.
Para tetangga tentu saja curiga, bagaimana bisa lelaki itu tunduk dengan Ajeng sampai seperti itu, bahkan ia tega memukul ketiga anaknya dihadapan orang-orang,... Apapun yang Ajeng minta, dia berikan termasuk mencerai isterinya sendiri yang sudah menemaninya sejak masih susah dulu.
Yang lebih gila lagi, rumah atas nama isterinya diambil begitu saja,... Sampai akhirnya kabar tentang Lintrik mulai terdengar dibelakang mereka,... Anehnya, setelah menikah pun laki-laki itu sama sekali tak terlihat mengendurkan perasaannya kepada Ajeng, dia benar-benar dibuat tunduk.
Atas ijin isterinya, pak Mantri akhirnya datang membantu,... la bawa janda yang tak berdaya itu ke rumahnya,... Di sini pergulatan batin pak Mantri saling beradu. Karena, kunci dari masalah ini hanya beliau yang tau terlebih setelah bertanya kepada salah seorang temannya tentang ritual.
Maka pada malam buta itu, pak Mantri membawa janda itu pergi ke suatu tempat,... Apa yang sudah Ajeng lakukan sudah mencapai Satri alias sukma dari targetnya tak dapat tertolong lagi.... Bila dipaksa, maka laki-laki yang dipersuami oleh Ajeng bisa menjadi gila dan tidak bisa sembuh.
Maka pak Mantri berpikir, Lintrik harus dilawan dengan Lintrik.
Tempat itu jauh lebih dalam dari jalan setapak yang ada didalam hutan, jauh lebih gelap dari tempat mana pun,... Bahkan meski pak Mantri sudah berkali-kali pergi ke rumah orang itu, namun, ketakutan masih saja datang sewaktu beliau menuju ke rumahnya.
Pak Mantri berjalan bersama janda malang tersebut, menyusuri jalan setapak sementara dibelakang mereka berdua, sosok jin berwujud Ajeng mengikuti mereka,... Tentu saja, seperti kata orang itu, dia akan terus mengikuti pak Mantri sampai beliau mengatakan bahwa Ajeng menggunakan Lintrik.
Hanya saja, bila pak Mantri membuka rahasia ini dan memberitahu siapa pun tentang Lintrik milik Ajeng ini, maka terputus dan lepaslah laki-laki itu,... Namun sebagai akibatnya laki-laki itu bisa gila mendadak sementara pak Mantri akan jatuh sakit yang teramat parah begitu pun Ajeng.
Maka seperti sudah diduga sebelumnya, kedatangan pak Mantri disambut oleh seorang lelaki tua yang tentu sudah tau maksud kedatangan mereka,... Tanpa membuang waktu, lelaki tua itu berkata apa janda yang malang itu benar-benar mau habis-habisan, sekalipun akal pikirannya bisa hilang.
Entah karena dendam atau putus asa, janda yang malang itu seketika menjawab bila ia bersedia melakukan apapun asal kehidupannya yang dulu bisa kembali,...
Maka, hari itu, beliau melakukan ritual Lintrik namun menggunakan kartu yang tentu berbeda dengan milik Ajeng.
Kartu itu dimasukkan ke dalam kendi kecil, lalu dikubur di-bawah tanah kuburan,... Utamanya, kuburan yang sudah tua, karena akan mengikat jin atau makhluk yang menunggui tempat itu,... Selain itu, si janda harus terus datang ke tempat tersebut, memberi makan dengan sesajen dan kemenyan.
Ritual ini harus terus dilakukan tanpa bolehbertanya sampai kapan,
karena si lelaki tua sudah memberitahu, nanti ketikasemua ini selesai akan ada tanda yang sangat jelas.
Pada malam ketujuh belas, saat si janda datang ke kuburan itu lagi sembari membawa kemenyan dan sesajen,,...
la dibuat terkejut karena melihat seorang wanita yang familiar sedang berlutut membelakangi dirinya tepat di depan kuburan tempat si janda menanam kendi miliknya.
Ketika si janda bertanya siapa gerangan wanita tersebut, betapa terkejutnya beliau melihat Ajeng dengan wajah yang hancur.
Sosok atau makhluk yang menyerupai Ajeng itu hanya melotot menatap kearah si janda yang kemudian sadar bahwa siapa pun yang berdiri menjumpai dirinya ini bukanlah Ajeng mantan tetangganya yang sudah merebut suaminya,... la sadar mungkin ini adalah salah satu pertanda yang dia tunggu.
Lantas karena keteguhan hati-nya ingin membalas apa yang sudah Ajeng lakukan kepada keluarganya, si Janda tak merasa takut sama sekali,... Bahkan ketika la meletakkan sesajen seperti biasa, sorot matanya tak henti tertuju mengamati wajah Ajeng yang seperti dibakar bara api.
Setiap hari, selama tujuh hari berturut-turut si Janda datang, dan setiap kali sampai di kuburan tua itu, sosok yang menyerupai Ajeng juga ada di sana, wujudnya kian lama semakin tak dapat dijelaskan.
Lidahnya panjang sampai keluar dari mulut, sementara kulitnya dipenuhi benjolan.
Si Janda hanya duduk, meletakkan kembali sesajen di atas kuburan dan malam itu adalah kali pertama dia melihat makhluk itu menengok wajahnya lebih dekat, sangat-sangat dekat, sampai hidung mereka nyaris bersentuhan.
Ada ketakutan dan kengerian di dalam hati si janda.
la lalu berkata, lembut sekali,... Suaranya seperti berbisik, lebih halus dari suara seorang manusia yang pernah dijumpai si janda,... la berkata untuk mengambil kartu yang sebelumnya sudah dia tanam.
Namun, disini lah letak perbedaan Lintrik pengasih si Janda dengan Ajeng.
Karena la harus membuka seluruh pakaian yang dia kenakan, sampai tak ada selembar kain pun yang menutupi tubuhnya,... Lalu, la harus membasuh wajahnya menggunakan tanah kuburan dari setiap tanah yang dia gali untuk mengambil kartu yang sebelumnya dia tanam di dalam kendi.
Butuh delapan sampai sembilan kali galian tanah bagi janda malang tersebut dan setiap kali ia menggali tak lupa ia basuh wajahnya sendiri menggunakan tanah lembab yang kini mengotori wajahnya, ia sudah menempuh jalan sejauh ini maka tak ada jalan lain bagi dirinya untuk kembali.
Terlihatlah kendi yang dia cari, warnanya lebih hitam dari
sebelumnya,... Tepat ketika janda malang itu mengangkatnya, ia
mendengar kecipuk air di dalamnya padahal sebelumnya ia yakin bila di dalam kendi tersebut hanya berisi 4 lembar kartu yagg diusulkan oleh si lelaki tua.
Lantas, air apakah ini?
Disitulah tiba-tiba si lelaki tua datang.... la hanya berdiri menatap
wanita itu, dalam diam-nya ia mengingatkan bahwa apa yang kelak dia ambil tak bisa dikembalikan lagi. Untuk itu, dia menawarkan agar ia tak melanjutkan ritual Lintrik yang ini.
Tanpa ada jawaban, mata sudah cukup menjelaskan,... Tak ada obat dari sebuah dendam yang kesumat,... Maka si lelaki tua berjalan pergi sambil tertawa....
Katanya, menyesatkan manusia lain adalah hadiah yang paling
menyenangkan untuk dibawa mati, maka ia berpesan untuk terakhir kalinya.
Di dalam kendi itu adalah darah kewanitaan dari sosok perebut suami- nya,... la harus minum semuanya,... Maka, Jin itu akan
meninggalkannya, ia akan berbalik menjadi abdi yang paling penurut guna menghancurkan semua yang sudah dia miliki sampai ke akar yang sudah dia tanam.
Darah jauh lebih kental bila dibandingkan dengan air, itu lah yang janda malang itu rasakan.... Ketika cairan itu melewati kerongkongan tenggorokannya, ia mendengar sosok yang menyerupai Ajeng itu tertawa terbahak-bahak, dan seperti itu lah cara Jin menertawakan manusia.
Pagi itu, pak Mantri datang menjemput,...
Setelah berbicara dengan si lelaki tua, ia lalu melangkah masuk ke dalam rumah,... Betapa terkejutnya beliau ketika melihat wanita sedang duduk menyisir rambut.
Siapa yang menduga, Halimah si janda malang menjelma menjadi wanita yang menggoda.
Beliau pun mengantar Halimah pulang....
Sepanjang perjalanan tak henti-henti orang berbisik saling berbicara, tak tahu dengan siapa pak Mantri berboncengan,... Mana kala mereka melewati rumah Ajeng, wanita itu tahu ada yang tidak beres dengan dirinya. Separuh wajahnya merah melepuh.
Halimah akhirnya memutuskan tinggal jauh di-luar desa,... Disebuah rumah gubuk yang dikelilingi lahan pisang, ketiga anaknya tak bersamanya,... Konon, dari bisik orang yang saling berbicara, Halimah mendapat uang dari banyak laki-laki yang berkunjung.
Tak penting darimana Halimah mendapat uang.... Karena setiap malam, la akan berjalan pergi lalu berdiri di luar rumah Ajeng, selalu seperti itu,... Beberapa kali pula Ajeng terlihat mengintip dari jendela kamarnya, ia tak mau laki-laki yang sudah susah dia rebut, didapat lagi oleh Halimah.
Satu yang tidak dipelajari oleh Ajeng, Lintrik yang dia pelajari membutuhkan media mata dari korban untuk melihat dirinya..... Namun, Lintrik yang dimiliki Halimah berbeda, hanya membutuhkan satu foto saja, dan malam itu Halimah tak ada keinginan untuk merebut mantan suaminya,...
la ingin laki-laki itu membayar rasa sakit yang dia miliki.... Halimah pulang sambil berpikir untuk memulai penderitaan Ajeng dengan satu sentuhan saja, ia taburkan sejumput tanah lalu pergi meninggalkan rumah Ajeng.
Keesokan pagi, jeritan terdengar dari rumah Ajeng.... Seluruh tetangga datang untuk melihat apa yang sedang terjadi,... Tepat ketika mereka sudah berkumpul, semua orang dibuat tersentak melihat darah
membasahi wajah Ajeng, dihadapan wanita itu terdapat suaminya dengan kayu ditangannya.
Semua orang di desa tentu terkejut melihatnya,... Namun, tak ada yang berani berbicara apalagi ketika mereka tahu di dalam kerumunan itu ada Halimah yang berdiri melihat semua itu dengan sorot mata yang tenang.
Semua orang mengerti, kini Lintrik sedang dibalas dengan Lintrik.
Malam hari-nya, empat kartu yang dimiliki oleh Halimah dia
keluarkan,... Di atas sebuah foto ia letakkan kartu tersebut, lalu Halimah berkata entah kepada siapa,... Di depan asap kemenyan yang
mengepul, Halimah berujar,...
"Mati o nang tengah dalan, nang ngarep e trek liwat, yo mas"
("Matilah ditengah jalan di depat truck lewat, ya mas")
Keesokan hari, pada siang terik yang panas, terdengar kabar duka tentang kematian pak Mantri yang kabarnya menabrakkan dirinya di depan sebuah truk yang lewat.
Tubuhnya hancur sampai harus dimasukkan kedalam kantong kresek. Halimah hanya ingin mencoba, apakah Lintriknya ini berhasil,... Dirinya juga sudah lelah kalau setiap minggu, laki-laki itu akan datang ke rumahnya untuk meminta jatah karena pernah membantu dirinya.... Maka dengan berita yang dia dengar ini, satu orang sudah menerima ganjarannya.
Pada malam yang lain, ketika Halimah ada di rumah sendirian,... la mendengar suara pintu-nya diketuk. Maka wanita itu mendekat dan ketika ia membuka pintu rumahnya,.... Di sana, berdiri seseorang yang dirinya kenal, Ajeng. Sebagian wajah-nya lebam dengan bibir sobek bekas disiksa.
Untuk pertama kalinya, Halimah melihat Ajeng meminta ampun agar dia menghentikan semua ini,... la tahu dan sangat tahu perihal apa yang dilakukan oleh Halimah, bahkan dia bisa melihat jin yang selalu mengikuti dirinya menyerupai wujud Halimah, dan dia berjanji akan melepas mantan suami.
Tapi Halimah tak bergeming, ia hanya diam saja melihat Ajeng dengan sorot mata nanar,... Tepat ketika Halimah membasuh luka merah di pipinya, Halimah lalu mendorong pintu rumahnya lebih lebar,... Disana Ajeng lalu melihat suaminya berdiri, la baru saja membenarkan kancing bajunya.
Ajeng pun pulang sembari dituntun oleh suaminya sendiri, pergi menjauh dari rumah Halimah,...
Dan ketika bayangan mereka sudah pergi,... Halimah mengambil satu kartu lagi, menumpuknya di atas foto mantan suaminya lalu berujar,
"Dibakar ojok diantemi maneh, yo mas"
("Dibakr saja jangan di pukuli lagi, ya mas")
Begitulah akhir cerita ini.
Kejadian pembakaran ini untungnya tak pernah terjadi karena sewaktu
hal itu dilakukan Ajeng masih bisa diselamatkan kecuali muka, setengah badan dan kakinya yang mengalami luka bakar yang menyebabkan cacat permanen.
Sementara mantan suami Halimah menjadi gila. Penangkapan warga kepada suami Halimah mengerucut dan tak terbendung lagi sampai akhirnya mereka berbondong-bondong mendatangai rumah Halimah.... Sayangnya, malam itu adalah kali terakhir orang melihat Halimah.
Kejadian ini diceritakan dari mulut ke mulut, sampai berhenti di titik nenek saya sendiri. Sebenarnya Lintrik dari tapal kuda lebih rumit lagi prosesinya, bahkan untuk menceritakan detail tahapan melintrik seorang laki-laki, harus melalui tiga proses.
Saya mempercepat beberapa detailnya.
Lalu, apa beda Lintrik Tapal kuda dan Lintrik dari daerah Weleng, mungkin lain kali bisa saya ceritakan. Kalau ada waktu tentunya.
Intinya, Mohon maaf bila ada salah salah kata dan penulisan.
Karena hari juga sudah semakin larut, saya pamit dan undur diri,... Kita bisa lanjutkan cerita cerita saya yang lain. Atas segala perhatiannya saya sampaikan terimakasih.
Jangan Ngelintrik orang ya, kalau tidak mau menanggung resikonya. Salam,....
Source By : SimpleMan Story